Rabu, 12 Mei 2010

Nasihat Rakyat kepada Pemimpin

Abu Nu'am mengeluarkan dari Muhammad bin Suqah, dia berkata, "Aku menemui Nu'aim bin Abu Hindun, yang kemudian dia mengeluarkan selembar kertas, yang di atasnya tertulis:

"Dari Abu Ubaidah bin Al-Jarrah dan Mu'adz bin Jabal, kepada Umar bin Al-Khaththab. Kesejahteraan semoga dilirnpahkan kepadamu. Amma ba'd.

Kami nasihatkan kepadamu, sehubungan dengan tugasmu yang amat penting ini. Kini engkau sudah menjadi pemimpin ummat ini, apa pun warna kulitnya. Di hadapanmu akan duduk orang yang mulia dan yang hina, musuh dan teman. Masing-masing harus engkau perlakukan secara adil. Maka pikirkan kedudukanmu dalam hal ini wahai Umar. Kami ingin mengingatkan kepadamu tentang suatu hari yang pada saat itu wajah-wahaj manusia akan mengisut, wajah mengering dan hujjah-hujjah akan terputus karena ada hujjah Sang Penguasa yang memaksa mereka dengan kekuasaan-Nya. Semua makhluk akan dihimpun di hadapan-Nya, mengharapkan rahmat-Nya dan takut akan siksa-Nya.

Kami juga ingin memberitahukan bahwa keadaan umat ini akan muncul kembali pada akhir zaman, yang boleh jadi mereka akan menjadi saudara di luarnya saja, padahal mereka adalah musuh dalam selimut. Kami berlindung kepada Allah agar surat kami ini tiba di tanganmu bukan di suatu tempat seperti yang turun pada hati kami. Kami perlu menulis surat ini sekedar untuk memberikan nasihat kepadamu. wassalamu alaika."

(Al-Hilyah, 1:238, Ibnu Abi Syaibah juga mengeluarkannya, seperti yang disebutkan di dalam Al-Kanzu, 8:209, Ath-Thabrany seperti di dalam Al-Majma', 5:214, dan menurutnya, rijalnya tsiqat).

Zaid bin Haritsah; Sosok Kesayangan Nabi saw, Gagah Berani, Perisai Nabi saw dan Panglima 7 Perang Gerilya

Beliau bernama Zaid bin Haritsah –semoga Allah meridloinya-, dan sebelum Nabi saw diangkat menjadi Rasul bernama Zaid bin Muhammad.
Ibunya Su’di binti Tsa’labah pernah membawanya berziarah kerumah salah seorang keluarganya di bani Ma’an, saat itu beliau berumur 8 tahun, saat dia tinggal ditengah kaumnya secara tiba-tiba penduduk Ma’an diserang oleh sekelompok orang yang memusuhi mereka, hingga akhirnya mereka kalah dan menjadi tawanan termasuk Zaid, lalu ibunya kembali ke rumahnya (suaminya) sendirian dan tidak pernah mendengar kembali berita tentang Zaid hingga terus mencarinya karena rindu atasnya, membawa tongkat diatas pundaknya, berjalan mengitari perumahan menyusuri padang pasir, bertanya ke setiap kabilah dan kafilah yang lewat tentang anaknya dan buah hatinya, dan pada saat musim haji dan perdagangan tiba, orang-orang dari kabilah Haritsah pergi kesana dan bertemu dengan Zaid di Mekkah, dan mereka menceritakan keadaan kedua orang tuanya dan Zaid menceritakan kejadian yang sebenarnya; bagaimana Banu Al-Qayn menyerang kabilah ibunya dan mereka menahannya, kemudian dijual di pasar Ukaz kepada seseorang dari Quraisy yang bernama Hakim bin Huzam bin Khuwailid, kemudian dihadiahkan kepada bibinya Khadijah binti Khuwailid dan diserahkan kembali ke suaminya Muhammad bin Abdullah, maka beliaupun menciumnya dan memeluknya. Kemudian berkata kepada para hujjaj dari kaumnya : berikanlah kabar ini kepada bapak dan ibu saya bahwa saya berada dalam asuhan orang tua yang paling mulia.
Setelah rombongan kembali dari Mekkah mereka menceritakan perihal Zaid kepada orang tuanya, namun Haritsah sama sekali tidak mengetahui tempat tinggal anaknya sampai dia dan saudaranya memutuskan untuk pergi ke Mekkah dan bertanya tentang Muhammad bin Abdullah, dikatakan kepadanya : bahwa dia (Muhammad) berada di Ka’bah, -saat itu nabi belum diangkat menjadi Rasul- maka keduanya masuk ke rumah tersebut dan berkata : Wahai putra Abdul Mutthalib, wahai putra dari kaum yang mulia, kalian adalah penduduk yang menjaga rumah Allah dan tetangga darinya, pembebas orang yang kesusahan, pemberi makan orang yang ditawan, kami datang untuk mencari anak kami, maka kabulkanlah permohonan kami, dan berikanlah kebaikan dalam menebusnya, maka nabipun memberikan pilihan kepada Zaid, maka Nabi berkata kepada keduanya : “Panggilah Zaid, berikan kebebasan kepadanya untuk memilih, jika dia memilih kalian maka dia milikmu tanpa ada tebusan, namun jika dia memilih saya maka demi Allah tidaklah saya orang yang memilih kepada saya mengiginkan tebusan”.
Maka Haritsah bergembira atas perkataan Nabi, kemudian dia berkata kepadanya : sudikah engkau memberitahukan asal-usul kami, memberi bekal kepada kami dan memberikan kebaikan kepada kami. Setelah Zaid tiba, nabi bertanya kepadanya : tahukah engkau siapa mereka ? Zaid berkata : ya, dialah Bapakku, dan yang satu lagi Pamanku, kemudian Rasul berkata kepada Zaid : adapun Saya, Engkau telah mengetahui dan melihat, sebagai teman bagimu, apakah engkau memilih saya atau mereka ? Zaid berkata : saya bukanlah orang yang engkau paksa untuk memilih, engkau dihadapan saya memiliki kedudukan sebagai Bapak dan Paman. Saat itu pula Bapaknya dan Pamannya kaget dan tercengang lalu berkata : celaka engkau wahai Zaid, apakah engkau lebih memilih menjadi budak daripada merdeka di tengah orang tuamu dan pamanmu serta keluargamu. Zaid berkata : benar, saya telah mengetahui perihal orang ini yang saya tidak memilih seorangpun selainnya”.
Setelah Rasulullah saw melihat kejadian tersebut beliau sangat bergembira hingga air matanya menetes lalu menarik Zaid dan kaluar dari batu Ka’bah mengelilngi orang-orang Quraisy yang sedang berkumpul, lalu berseru : “Saksikanlah mulai saat ini Zaid adalah anakku, dia berhak menjadi ahli waris dariku dan aku berhak menjadi ahli waris darinya”. (Ibnu Hajar). Setelah Bapak dan Pamannya melihat kejadian tersebut keduanya pasrah. Dan semenjak itu pula Zaid di Mekkah tidak dipanggil oleh seseorang kecuali dengan menyebut Zaid bin Muhammad, kemudian setelah Nabi diangkat menjadi Rasul, Zaid ikut masuk Islam dan menjadi orang kedua yang pertama masuk Islam, sedangkan Rasulullah saw sangat mencintai dan menyayangi beliau.
Setelah Rasulullah saw mengizinkan para sahabatnya berhijrah ke Madinah Zaid ikut serta berhijrah, dan Rasulullah saw mempersaudarkannya dengan Asid bin Khadir, dan pada saat itu Zaid masih dipanggil dengan Zaid bin Muhammad hingga turun firman Allah SWT : “Panggilah mereka (anak-anak angkat itu) dengan (memakai) nama bapak-bapak mereka”. (Al-Ahzab:5), maka saat itu pula Zaib dipanggil nama dengan Zaid bin Haritsah, dan Rasulullah saw menikahkannya dengan tuannya Ummu Aiman dan melahirkan anak yang bernama Usamah bin Zaid, kemudian menikahkannya kembali dengan putri pamannya Zainab binti jahsy, namun kehidupan berlangsung tidak harmonis sehingga Zaid pergi menghadap Rasulullah saw mengadukan hal tersebut, maka Rasulullah saw memerintahkannya untuk menahannya dan bersabar atasnya, namun Allah SWT memeirntahkan kepada Rasul-Nya untuk menceraikan Zainab dari Zaid kemudian beliau menikahi mantan istri dari Zaid, yang demikian untuk menghilangkan persepsi kebiasaan mengadopsi anak yang telah menjadi adat dikalangan jahiliyah, bahwa pada waktu itu anak angkat diperlakukan seperti anak sendiri, Allah berfirman : “Dan (ingatlah), ketika kamu berkata kepada orang yang telah Allah melimpahkan nikmat kepadanya dan kamu (juga) telah memberi nikmat kepadanya : “Tahanlah terus istrimu dan bertaqwalah kepada Allah”, sedang kamu menyembunyikan di dalam hatimu apa yang telah allah menyatakannya, dan kamu takut kepada manusia, sedamg Allah-lah yang lebih berhak untuk kamu takuti. Maka tatkala Zaid telah mengakhiri keperluan terhadap istrinya (menceraikannya), kami kawinkan kamu dengan dia, supaya tidak ada keberatan bagi orang mu’min untuk (mengawani) istri-istri anak-anak angkat mereka, jika anak-anak angkat itu telah menyelesaikan keperluannya daripada istrinya. Dan adalah ketetapan Allah itu pasti terjadi”. (Al-Ahzab:37)
Dan cukuplah bagi Zaid mendapatkan kebanggaan namanya dicantumkan dalam Al-Qur’an Al-Karim, dan kemudian Rasulullah saw menikahkan beliau dengan Ummi Kultsum binti Uqbah.
Zaid merupakan seorang panglima perang yang gagah berani, dan terbaik dalam membidik panah, ikut dalam perang Badr, dan menjadi perisai terhadap tubuh Nabi saat perang Uhud, ikut dalam perang Khandak, perjanjian Hudaibiyah, penaklukan Khaibar, dan perang Hunain, dan Rasulullah saw menjadikan sebagai panglima dalam 7 kali perang gerilya : Al-jumu’, Al-thorf, al-‘aish, hismi dan lain-lainnya, Aisyah pernah berkata tentangnya : “Rasulullah saw tidak pernah sama sekali mengutus bala tentara kecuali mengangkat Zaid sebagai panglimanya”.
Saat tentara Romawi mengubah perbatasan negara Islam dan menjadikan Syam sebagai pusat pemerintahan mereka; Rasulullah saw mengirim pasukan ke daerah Balqo di bagian negara Syam, dan memberikan wejangan dan pesan kepada para prajuritnya setelah menunjuk Zaid bin Haritsah sebagai pemimpin pasukan, beliau bersabda : “jika Zaid terluka (syahid) maka penggantinya adalah Ja’far bin Abu Tholib, dan jika Ja’far terluka maka penggantinya adalah Abdullah bin Rowahah”. (Ibnu Ishaq).
Setelah pasukan muslim berjalan dan saat tiba disamping kota yang bernama mu’tah, pasukan muslim bertemu dengan pasukan Romawi yang jumlahnya melebihi 200 ribu tentara, hingga terjadilah peperangan yang sengit, dan Zaid dengan gagah maju ke tengah pasukan musuh tidak mengindahkan jumlah dan perlengkapan mereka, dengan mengayunkan pedangnya ke kiri dan ke kanan sambil membawa bendera di tangan yang lainnya, dan ketika pasukan musuh melihat keberanian beliau mereka menikamnya dari belakang hingga akhirnya beliau menemui syahidnya sambil memegang bendera tersebut, dan Rasulullah saw pun berdo’a untuknya : “Mohonkanlah ampunan untuk saudara kalian, sungguh (Zaid) telah menemui cita-citanya untuk masuk surga”. (Ibnu Sa’ad).

Jumat, 23 April 2010

Amir yang Selamat dari Adzab Allah Ta'ala

Ditakhrijkan oleh At-Thabrani dari Abu Wail Shaqiq bin Salamah sesungguhnya Umar bin Khathab ra. telah melantik Bashar bin Asim ra. untuk memungut zakat penduduk Hawazin. Bashar ra. telah melewat-lewatkan kepergiannya lalu beliau telah ditemui oleh Umar ra. dan telah berkata kepadanya, "Apakah yang telah menyebabkanmu terlambat?". Adakah kamu tidak mendengar dan thaat kepada perintah kami?". Bashar ra. berkata, "Tidak, melainkan aku telah mendengar Rasulullah SAW bersabda,

"Barang siapa yang menjadi ketua bagi sesuatu urusan kaum Muslimin, maka ia akan datang pada hari kiamat sehingga ia akan berdiri di atas sebuah jembatan Neraka. Jika ia telah melakukan kebaikan, ia akan selamat. Jika telah melakukan kejahatan, jembatan itu akan runtuh lalu ia akan terjatuh ke dalam api Neraka tersebut selama tujuh puluh tahun".



Abu Dzar ra. telah berkata kepada Umar ra. "Adakah kamu telah mendengar sesuatu dari Rasulullah SAW?" Umar ra. pun menjawab. "Tidak". Abu Dzar ra. berkata, "Sesungguhnya aku telah mendengar Rasulullah SAW bersabda,

'Barangsiapa yang bertanggungjawab ke atas urusan kaum Muslimin, ia akan datang pada hari kiamat sehingga ia akan berdiri di atas sebuah jembatan neraka. Jika beliau melakukan melakukan kebaikan dalam tanggungjawabnya ia akan selamat. Jika sebaliknya jembatan itu akan rubuh dan ia akan tejatuh ke dalam neraka itu selama tujuh puluh tahun dan Neraka itu amat gelap dan hitam'.

Maka hadis yang mana satukah yang lebih menggetarkan hatimu?". Umar ra. mejawab, "Kedua-duanya. Oleh itu adakah sesiapa yang mau mengambil jabatan Khalifah ini?". Abu Dzar ra. pun berkata, "Hanya orang yang hidungnya telah terpotong dan pipinya telah dilekapkan diatas tanah yang akan mengambil alih jabatan ini. Adapun aku tidak mengetahui melainkan jabatan Khalifah ini baik untuk mu. Karena jika kamu memberikan jabatan Khalifah ini kepada seseorang yang tidak akan berlaku adil, kamu juga akan menanggung dosa bersama dengannya".

Sebagaimana dalam kitab At-Targhib. Ditakhrijkan juga oleh Abdul Razak, Abu Nu'aim Abu Said An-Naqashi, Al-Baghowi dan Ad-Daruqutni dari jalur Sawid sebagaimana dalam kitab Al-Kanz. Ditakhrijkan oleh Ibnu Abi Syaibah dan Ibnu Mundah dari selain galur Sawid sebagaimana dalam kitab Al-Isobah.

Yang Layak Menjadi Amir

Telah ditakhrijkan oleh At-Tirmidzi dan di hasankannya, Ibmu Majah, Ibnu Hibban dan lafadznya oleh Bukhari dari Abu Hurairah ra. katanya, Rasulullah shallallaahu 'alayhi wa sallam telah mengutus satu jema'ah yang terdiri dari beberapa orang. Sebelum mengutus mereka keluar, Rasulullah SAW telah mendengarkan bacaan Al-Qur'an dari setiap orang dari mereka. Baginda SAW telah mendatangi seorang lelaki yang paling muda di antara mereka lalu bertanya, "Adakah kamu menghafal Al-Qur'an?". Lelaki itu menjawab, "Ya, aku hafal beberapa surah dan surah Al-Baqarah". Rasulullah SAW bertanya lagi, "Apakah kamu hafal surah Al-Baqarah?". Pemuda itu menjawab, "Ya". Rasulullah SAW pun bersabda, "Pergilah, kamu adalah amir mereka". Seorang lelaki dari kalangan mereka berkata, "Demi Allah! Kami takut untuk menghafalnya sekiranya kami terpaksa mengamalkannya". Rasulullah SAW telah bersabda, "Belajarlah Al-Qur'an dan bacalah ia, karena sesungguhnya perumpamaan Al-Qur'an itu bagi sesiapa yang mempelajarinya dan membacanya adalah seperti kasturi yang tersebar baunya di setiap tempat. Barang siapa yang mempelajarinya dan menyimpannya adalah seumpama tempat penyimpanan yang mengandung kasturi yang tertutup".

Sebagaimana dalam kitab At-Targhib.

Ditakhrijkan oleh Al-Hakim dalam kitab Al-Kunya dari Asy-Sya'shy seumpamanya katanya, Umar bin Khathab telah berkata, "Tunjukkanlah kepadaku seorang lelaki yang patut akulantik sebagai amir untuk menguruskan hal ihwal kaum Muslimin?". Mereka menjawab, "Abdul Rahman bin Auf (ra)". Umar ra. berkata, "DIa seorang tua yang lemah". Mereka bertanya, "Siapakah yang kamu kehendaki?". Umar ra. menjawab,

Seorang lelaki, jika ia menjadi Amir mereka, ia menjadi seolah-olah orang biasa di antara mereka, dan apabila mereka ia tidak menjadi Amir mereka, ia seolah-olah adalah amir mereka.

Merekapun berkata, "Tidaklah kami ketahui seorangpun kecuali Ar-Rabi' bin Ziyad Al-Haris". Umar ra. pun berkata, "Kamu benar."

Sebagaimana dalam kitab Al-Kanz

Selasa, 20 April 2010

Kisah Sa'id bin Amir bin Huzaim Al-Jumahy

Abu Nu'aim mengeluarkan dari Khalid bin Ma'dan, dia berkata, "Umar bin Al-Kbaththab ra. mengangkat Sa'id bin Amir bin Huzaim ra. sebagai amir kami di Himsh. Ketika Umar datang ke sana, dia bertanya, "Wahai penduduk Himsh, apa pendapat kalian tentang Sa'id bin Amir, amir kalian?" Maka banyak orang yang mengadu kepada Umar ra. Mereka berkata, "Kami mengadukan empat perkara. Yang pertama karena dia selalu keluar rumah untuk menemui kami setelah hari sudah siang.' Umar ra. berkomentar, "Itu yang paling besar. Lalu apa lagi?' Mereka menjawab, "Dia tidak mau menemui seseorang jika malam hari." "Itu urusan yang cukup besar," komentar Umar ra. Lalu dia bertanya, "Lalu apa lagi?" Mereka menjawab, "Sehari dalam satu bulan dia tidak keluar dari rumahnya untuk menemui kami." "Itu urusan yang cukup besar," komentar Umar ra. Lalu dia bertanya, "Lain apa lagi?" Mereka menjawab, "Beberapa hari ini dia seperti orang yang akan meninggal dunia."

Kemudian Umar bin Al-Khaththab ra. mengkonfirmasi di antara Sa'id bin Amir ra. dan orang-orang yang mengadukan beberapa masalah tersebut. Saat itu Umar ra. berkata kepada dirinya sendiri, "Ya Allah, jangan sampai anggapanku tentang dirinya keliru pada hari ini." Lalu dia bertanya kepada orang-orang yang mengadu, "Sekarang sampaikan apa yang kalian keluhkan tentang diri Sa'id bin Amir ra.!'

"Dia selalu keluar rumah untuk menemui kami setelah hari sudah siang,' kata mereka. Sa'id menanggapi, "Demi Allah, sebenamya aku tidak suka untuk mengungkapkan hal ini. Harap diketahui, keluargaku tidak mempunyai pembantu, sehingga aku sendiri yang harus menggiling adonan roti. Aku duduk sebentar hingga adonan itu menjadi lumat, lalu membuat roti, mengambil wudhu', baru kemudian aku keluar rumah untuk menemui mereka."

Umar bertanya kepada mereka, "Apa keluhan kalian yang lain?" Mereka menjawab, 'Dia tidak mau menemui seorangpun pada malam hari." 'Lalu apa alibimu?' tanya Umar ra. kepada Sa'id bin Amir ra. "Sebenarnya aku tidak suka untuk mengungkapkan hal ini. Aku menjadikan siang hari bagi mereka, dan menjadikan malam hari bagi Allah."

"Apa keluhan kalian yang lain?" tanya Umar kepada mereka. Mereka menjawab, "Sehari dalam satu bulan dia tidak mau keluar dari rumahnya untuk menemui kami." "Apa alibimu? tanya Umar ra. kepada Said ra. "Aku tidak mempunyai seorang pembantu yang mencuci pakaianku, di samping itu, aku pun tidak mempunyai pakaian pengganti yang lain." Maksudnya, hari itu dia mencuci pakaian satu-satunya.

"Apa keluhan kalian yang lain?" tanya Umar kepada mereka. Mereka menjawab, "Beberapa hari ini dia seperti orang yang akan meninggal dunia." "Apa alibimu?" tanya Umar ra. kepada Sa'id ra. Sa'id ra. menjawab,

"Dulu aku menyaksikan terbunuhnya Hubaib Al-Anshary di Makkah. Aku lihat bagaimana orang-orang Quraish mengiris-iris kulit dan daging Hubaib ra. lalu mereka membawa tubuhnya ke tiang gantungan. Orang-orang Quraisy itu bertanya kepada Hubaib, 'Sukakah engkau jika Muhammad menggantikan dirimu saat ini?' Hubaib menjawab, 'Demi Allah, sekalipun aku berada di tengah keluarga dan anak-anakku, aku tidak ingin Muhamrnad Shallallahu Alaihi wa Sallam terkena duri sekalipun'. Kemudian dia berseru, 'Hai Muhammad, aku tidak ingat lagi apa yang terjadi pada hari itu'.

Sementara saat itu aku yang masih musyrik dan belum beriman kepada Allah Yang Maha Agung, tidak berusaha untuk menolongnya, sehingga aku beranggapan bahwa Allah ta'ala sama sekali tidak akan mengampuni dosaku. Karena itulah barangkali keadaanku akhir-akhir ini seperti orang yang akan meninggal dunia."

Umar bin Al-Khaththab ra. berkata, "Segala puji bagi Allah, karena firasatku tentang dirinya tidak meleset." Setelah itu Umar memberinya seribu dinar, seraya berkata, "Pergunakanlah uang ini untak menunjang tugas-tugasmu." Istri Sa'id ra. berkata kegirangan setelah menerima uang itu, 'Segala puji bagi Allah yang telah memberikan kecukupan kepada kita atas tugas yang engkau emban ini." Sa'id bertanya kepada istrinya, "Apakah engkau mau yang lebih baik lagi? Kita akan memberikan uang ini kepada orang yang lebih membutuhkannya daripada kita. "Boleh," jawab istrinya. Lalu Sa'id memanggil salah seorang anggota keluarganya yang dapat dipercaya, dan dia memasukkan uang ke dalam beberapa bungkusan, seraya berkata, "Bawalah bungkusan ini dan berikan kepada janda keluarga Fulan, orang miskin keluarga Fulan, orang yang terkena musibah keluarga Fulan. Selebihnya disimpan, Istrinya bertanya, "Mengapa engkau tidak membeli seorang pembantu? Lalu untuk apa sisa uang itu?" Sa'id ra. menjawab, "Sewaktu-waktu tentu akan datang orang yang lebih membutuhkan uang itu.

(Al-Hilyah, 1:245)
Posted by azharjaafar

Rindu Rasulullah

Bilal bin Rabbah, sahabat Rasulullah SAW berkulit hitam namun berhati putih mempunyai banyak kenangan tersendiri pada lelaki mulia yang menjadi nabinya. Kenangan itu berkerak dan melekat dalam diri Bilal ra. sampai jauh setelah Rasulullah SAW wafat. Agar tak terkoyak moyak hatinya, Bilal ra. memutuskan untuk tak lagi adzan sepeninggal Rasulullah SAW. Sampai suatu ketika, rindu Bilal ra. tak tertahankan. Ia pun mengumandangkan adzan.

Kisah itu diawali dengan cerita Bilal ra. tentang mimpinya semalam. Lelaki asal Ethiopia itu, suatu malam bermimpi dalam tidurnya. Dalam mimpinya, Bilal bertemu dengan Rasulullah SAW. “Bilal, betapa rindu aku padamu,” kata Rasulullah SAW dalam mimpi Bilal.

Satu orang mendengar cerita Bilal ra. Tak berapa lama, orang pertama menceritakan mimpi Bilal ra. pada orang kedua. Orang keduapun bercerita pada orang ketiga, keempat, kelima dan seterusnya. Menjelang sore, nyaris seluruh penduduk kota Madinah, kota yang sudah lama ditinggalkannya, tahu tentang mimpinya itu. Maka bersepakat penduduk Madinah, meminta Bilal ra. untuk adzan di masjid Rasulullah saat waktu shalat maghrib tiba.

Tak kuasa Bilal menolak keinginan sahabat-sahabatnya. Senja merah, angin sepoi dan langit bersih dari mega. Bilal mengumandangkan adzan. Penduduk Madinah tercekam kerinduan. Rasa dalam dada membuncah, detik-detik bersama Rasulullah, manusia tercinta terbayang kembali di pelupuk mata. Akhirnya, penduduk Madinah pun menitikkan air mata rindunya. Dan Bilal ra, tentu saja ia diharu biru rindu pada kekasihnya, nabi akhir zaman itu.
Posted by azharjaafar

Kamis, 08 April 2010

Kisah Shahabat yang Mulia Salman Al-Farisy

Pada kesempatan ini kami sengaja menyusun kisah Shahabat yang Mulia Salman Al-Farisy yang mana kisah beliau radhiyallahu ‘anhu sarat dengan faedah ilmu. Kami memohon kepada Allah agar menjadikan tulisan ini bermanfaat untuk kami dan para pemuda khususnya dan kaum yang menginginkan kebenaran.

Segala puji bagi Allah Rabb semesta Alam yang telah menciptakan zaman yang silih berganti, yang di dalam zaman tersebut terdapat berbagai macam pelajaran yang perlu untuk diketahui bagi orang-orang yang berakal. Aku bersaksi bahwa tidak ada sesembahan yang berhak disembah kecuali Allah dan aku bersaksi pula bahwa Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya.

Amma ba’du:

Saudaraku –semoga Allah memberikan hidayah kepadaku dan kepada kalian- bahwa telah kita ketahui suatu prinsip dari berbagai macam prinsip, dan telah tersebar luas dikalangan masyarakat tentang suatu ungkapan bahwa "Pengalaman itu adalah guru yang terbaik".

Dan kita adalah termasuk para pemuda yang tentunya sudah pernah melalui masa-masa dan sudah memperoleh berbagai macam pengalaman, dimana pengalaman tersebut ada yang manis dan ada pula yang pahit, ada yang menyenangkan dan ada yang menyedihkan, dan ada yang sangat memuaskan dan ada pula yang kurang memuskan. Dari pengalaman-pengalam an tersebut otomatis akan memberikan nuansa bagi kita untuk berfikir lebih dewasa dan lebih jeli terhadap suatu perkara baru yang kita akan hadapi.

Maka pada kesempatan ini kami sengaja menyusun kisah Shahabat yang Mulia Salman Al-Farisy yang mana kisah beliau radhiyallahu ‘anhu sarat dengan faedah ilmu. Kami memohon kepada Allah agar menjadikan tulisan ini bermanfaat untuk kami dan para pemuda khususnya dan kaum yang menginginkan kebenaran.

SALMAN AL-FARISI SEBUAH TELADAN BAGI PARA PEMUDA

Pada zaman dahulu ada seorang pemuda yang sangat cerdik dan sangat jeli terhadap suatu perkara, yang sangat perlu bagi kita mengambil ‘ibrah darinya. Dia adalah Salman Al-Farisy. Pada suatu ketika Salman A-Farisy bercerita kepada Ibnu Abbas [1], beliau berkata:

Aku adalah orang Persia negara Parsia, dan aku tinggal di suatu tempat yang bernama Asfahan di desa Jayyu Ayahku seorang tokoh di desaku dan aku adalah makhluk Allah yang paling dicintainya. Ia amat mencintaiku sehingga aku dipingit di dalam rumah sebagaimana anak gadis dipingit dalam rumah. Aku ketika itu beragama penyembah api dan aku memiliki tugas khusus menjaga api yang harus senatiasa menyala terus dan tidak boleh padam sesaatpun. Bapakku mempunyai ladang yang sangat luas, pada suatu saat bapakku tersibukkan dengan bangunan, sehinga berkata kepadaku: Anakku pada hari ini aku sibuk dengan bangunan ini hingga tidak mempunyai waktu untuk mengurusi ladangku. Oleh karena itu pergilah kamu ke ladang! Ayahku memerintahkan beberapa hal yang perlu aku kerjakan, kemudian berkata kepadaku: Jangan terlambat pulang kepdaku, engkau lebih berarti bagiku daripada ladangku dan engkau membuatku lupa segala urusan yang ada.

[SALMAN TERTARIK DENGAN AGAMA NASRANI]

Kemudian aku pergi menuju ladang bapakku seperti diperintahkan bapakku. Dalam perjalanan menuju ladang bapakku, aku melewati salah satu gereja milik orang-orang Nasrani, dan aku dengar suara-suara mereka ketika mereka beribadah di dalamnya. Aku tidak tahu banyak persoalan manusia, karena aku dipingit bapakku di rumah, ketika itu aku mendengar suara-suara mereka, aku masuk kepada mereka untuk melihat dari dekat apa yag mereka kerjakan di dalamnya. Ketika aku melihat mereka aku, aku kagum terhadap ibadah-ibadah mereka dan tertarik kepada kegiatan mereka. Aku berkata demi Allah, agama mereka ini lebih baik dari pada agama yang aku peluk. Demi Allah aku tidak akan tinggalkan mereka sampai matahari terbenam, aku membatalkan pergi ke ladang bapakku, aku berkata kepada mereka (orang-orang Nasrani tersebut): Agama ini berasal dari mana?" Mereka menjawab dari Syam. Setelah itu, aku pulang ke rumah dan ternyata bapakku mencariku, dan aku membuatnya tidak mengerjakan pekerjaannya. Ketika aku telah kembali kebapakku, bapakku berkata kepadaku: Anakku dari mana saja Engkau? Bukankah engkau telah berbuat perjanjian denganku? Aku berkta: Ayah aku tadi berjalan melewati orang-orang yang sedang mengerjakan beribadah di gereja mereka, kemudian aku kagum terhadap agama mereka yang aku lihat. Demi Allah aku berada di tempat mereka hingga matahari terbenam. Bapakku berkata: Anakku tidak ada kebaikan pada agama tersebut. Aku berkata tidak, demi Allah, agama tersebut lebih baik daripada agama kita. Setelah kejadian tersebut bapakku mengkhawatirkanku, ia ikat kakiku dan aku dipingit dalam rumahnya. Aku mengutus seseorang kepada orang-orang Nasrani dan aku katakan kepada mereka, jika ada rombongan dari Syam datang kepada kalian, maka beri kabar kepadaku tentang mereka. Tidak lama setelah itu, datanglah pedagang-pedagang Nasrani dari Syam, kemudian mereka menghubungiku. Aku katakan kepada mereka, jika mereka telah selesai memenuhi hajatnya dan hendak mau pulang ke negeri mereka, maka beri izin kepadaku untuk aku ikut bersama mereka.

[SALMAN KABUR DAN BERANGKAT KE SYAM]

Ketika para pedagang Nasrani, hendak kembali ke negerinya, orang-orang nasrani segera memberi kabar kepadaku tentang mereka, kemudian aku melepas rantai di kakiku dan aku pergi bersama mereka hingga sampai ke negeri Syam. Setelah tiba di Syam, aku bertanya, siapakah pemeluk agama ini yang paling banyak ilmunya? Mereka menjawab: Uskup di gereja, kemudian aku datang kepada Uskup tersebut dan berkata kepadanya, aku amat tertarik dengan agama ini. Jadi aku ingin bersamamu dan melayanimu di gerejamu dan agar bisa belajar bersamamu dan beribadah bersamamu. Uskup berkata masuklah! Aku pun masuk kepadanya, ternyata Uskup tersebut orang yang jahat. Ia mengajak ummat untuk bersedekah, namun ketika mereka telah mengumpulkan sedekahnya melalui dia, ia simpan untuk dirinya dan tidak menyerahkannya kepada orang-orang fakir miskin, hingga ia berhasil mengumpulkan tujuh peti penuh yang berisikan emas dan perak. Aku sangat marah kepadanya karena perbuatannya tersebut. Tidak lama kemudian Uskup tersebut mati. Orang-orang Nasrani berkumpul untuk mengurus jenazahnya, namun aku katakan kepada mereka: Sungguh orang ini telah berbuat jahat, ia menganjurkan kalian bersedekah, namun ketika kalian menyerahkan sedekah melaluinya, ia malah menyimpannya untuk dirinya sendiri dan tidak membagikannya sedikitpun kepada fikir miskin, mereka berkata: darimana engkau mengetahui ha ini? Aku katakan kepada mereka, mari aku tunjukan tempat penyimpanannya! Aku tunjukan tempat penyimpanan uskup tersebut kepada mereka, kemudian mereka mengeluarkan tujuh peti yang berisi penuh dengan emas dan perak. Ketika melihat ketujuh peti tersebut, mereka berkata: Demi Allah, kita tidak akan mengubur mayat uskup ini. Mereka menyalib Uskup tersebut dan melemparinya dengan batu. Setelah itu, mereka menunjuk orang lain untuk menjadi Uskup pengganti.

[SALMAN BERSAMA USKUP YANG SHOLIH]

Aku tidak pernah melihat orang yang sholat yang lebih mulia, lebih zuhud, lebih cinta kepada akhirat, lebih tekun di siang dan malam hari dari Uskup baru tersebut. Aku mencintai Uskup tersebut dengan cinta yang tidak ada duanya. Aku tinggal bersamanya lama sekali hingga kemudian ajal menjemputnya. Aku berkata kepadanya (sebelum dia wafat), sesungguhnya aku telah hidup bersamamu dan aku mencintaimu dengan cinta yang tidak ada duanya, sekarang seperti yang telah lihat keputusan Allah telah datang kepadamu, maka engkau titipkan aku kepada siapa (untuk belajar)? Uskup menjawab: Anakku, demi Allah aku tidak tahu ada orang yang seperti diriku. Manusia sudah banyak yang meninggal dunia, mengubah agamanya dan meninggalkan apa yang sebelumnya mereka kerjakan, kecuali satu orang di Al-Maushil, yaitu Si Fulan, ia seperti diriku. Pergilah engkau kepadanya!

[SALMAN BERSAMA USKUP DI AL-MAUSHIL]

Ketika Uskup tersebut telah meninggal dunia dan di kubur, aku pergi kepada Uskup Al-Maushil. Ketika sampai di sana, aku katakan kepadanya: Hai Fulan, sesungguhnya Uskup si Fulan telah berwasiat kepadaku ketika hendak wafat agar aku pergi kepadamu. Ia jelaskan kepadaku bahwa engkau seperti dia, Uskup tersebut berkata: Tinggallah bersamaku! Aku menetap bersamanya. Aku melihat ia sangatlah baik seperti cerita shahabatnya. Tidak lama kemudian Uskup tersebut wafat. Menjelang wafatnya, aku berkata kepadanya: Hai Fulan, sesungguhnya Uskup si Fulan telah berwasiat kepadaku agar aku pergi kepadamu dan sekarang keputusan Allah telah datang kepadamu seperti yang engkau lihat, maka kepada siapa engkau wasiatkan? Apa yang engkau perintahan kepadaku? Uskup berkata: Anakku demi Allah, aku tidak tahu ada orang seperti kita kecuali satu orang saja di Nashibin, yaitu Si Fulan. Pergilah kepadanya.

[SALMAN BERSAMA USKUP NASHIBIN]

Ketika Uskup tersebut wafat dan usai dikubur, aku pergi kepada Uskup Nashibin. Aku jelaskan perihal diriku kepadanya dan apa yang diperintahkan dua shahabatku kepadanya. Ia berkata tinggallah bersamaku, aku tinggal bersamanya, dan aku dapati dia seperti dua shahabatku yang telah wafat. Aku tinggal bersama orang yang terbaik. Demi Allah tidak lama kemudian ia wafat. Menjelang kematiannya, aku berkata: Hai Fulan, sungguh Si Fulan telah berwasiat kepadaku agar aku pergi kepada Si Fulan, kemudian Si Fulan tersebut berwasiat kepadaku agar aku pergi kepadamu, maka kepada siapa aku engkau wasiatkan? Apa yang akan engkau perintahkan kepadaku? Uskup tersebut berkata: Anakku demi Allah, aku tidak tahu orang yang seperti kita dan aku perintahkan engkau pergi kepadanya kecuali satu orang di Ammuriyah wilayah Romawi. Ia sama seperti kita. Jika engkau mau, pergilah kepadanya, karena ia sama seperti kita.

[SALMAN PERGI KE USKUP AMMURIYAH]

Ketika Uskup Nashibin telah wafat dan dikuburkan, aku pergi kepada Uskup Ammuriyah. Aku jelaskan perihal diriku kepadanya. Ia berkata: Tinggallah bersamaku! Aku tinggal bersama orang yang terbaik sesuai dengan petunjuk shahabat-shahabatny a dan perintah mereka. Aku bekerja (sambil belajar), sehingga aku memiliki beberapa lembu dan kambing-kambing, tidak lama kemudian, Uskup tersebut wafat, menjelang wafatnya aku bertanya kepadanya: Hai Si Fulan sungguh aku pernah tinggal bersama Si Fulan, kemudian ia berwasiat kepadaku agar aku pergi kepada Si Fulan, kemudian Si Fulan tersebut berwasiat kepadaku agar pergi kepada Si Fulan, kemudian Si Fulan tersebut berwasiat agar aku pergi kepada Si Fulan, kemudian Si Fulan berwasiat agar aku pergi kepada engkau, maka kepada siapa engkau wasiatkan? Uskup berkata: Anakku, demi Allah, sungguh aku tidak tahu pada hari ini ada orang-orang yang seperti kita yang aku bisa perintahkan kepada engkau untuk pergi kepadanya, namun telah dekat datangnya seorang Nabi. Ia diutus dengan membawa agama Ibrahim –‘alaihis salam- dan muncul di negeri Arab. Tempat hijrahnya adalah daerah diantara dua daerah yang berbatu dan diantara dua daerah tersebut terdapat pohon-pohon kurma., Nabi tersebut mempunyai tanda-tanda yang tidak bisa disembunyikan; ia memakan hadiah dan tidak memakan sedekah. Diantara kedua bahunya terdapat cap kenabian. Jika engkau bisa pergi kenegeri tersebut, pergilah engkau kesana!

[SALMAN PERGI KELEMBAH AL-QURO]

Setelah Uskup tersebut wafat dan di makamkan. Dan aku tetap tinggal di Ammuriyah hingga beberapa lama. Setelah itu, sekelompok pedagang berjalan melewatiku. Aku berkata kepada mereka: Bawalah aku kenegeri Arab, niscaya aku serahkan kambingku ini kepada kalian, mereka berkata: Ya, aku berikan lembu dan kambing-kambingku kepada mereka, dan mereka membawaku. Namun ketika tiba di lembah Al-Quro, mereka mendzolimiku. Mereka menjualku kepada orang Yahudi sebagai seorang budak. Kemudian aku tinggal bersama orang Yahudi tersebut, dan aku melihat kurma. Aku berharap kiranya negeri ini yang pernah diisyaratkan shahabatku.

[SALMAN TIBA DI MADINAH]

Disaat aku tinggal dengan orang Yahudi tersebut, tiba-tiba saudara misan orang Yahudi yang berasal dari Bani Quraidzah tiba dari Madinah. Ia membeliku dari orang Yahudi tersebut, dan membawaku ke Madinah, demi Allah, ketika aku melihat Madinah, persis seperti yang dijelaskan shahabatku. Aku menetap di sana. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam diutus sebagai Nabi dan masih menetap di Makkah dalam jangka waktu tertentu dan aku tidak mendapatkan informasi tentang beliau karena kesibukanku berstatus sebagai budak. Tidak lama setelah itu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam hijrah ke Madinah.

[SALMAN MENDENGAR TEMPAT HIJRAH NABI]

Demi Allah, aku berada di atas pohon kurma mengerjakan beberapa pekerjaan untuk tuanku, sedang tuanku duduk di bawahku. Tiba-tiba saudara misan tuanku datang dan berdiri di depannya sembari berkata: Hai Fulan semoga Allah membunuh Bani Qailah. Demi Allah, sesungguhnya mereka sekarang berkumpul di Quba’ untuk menyambut kedatangan seorang laki-laki dari Makkah, dan mereka mengklaim bahwa orang tersebut adalah Nabi. Ketika aku mendengar ucapan saudara misan tuanku, aku menggigil seolah-olah aku jatuh mengenai tuanku. Kemudia aku turun dari atas pohon kurma dan bertanya kepada saudara misan tuanku, apa yang engkau katakan tadi? Tuanku marah kepadaku dan menamparku dengan sangat marah mendengar pertanyaanku, sembari berkata: Apa urusanmu dengan persoalan ini? Pergi sana dan bereskan pekerjaanmu! Aku berkata: tidak apa-apa, aku hanya kepingin tahu ucapannya.

[SALMAN MENCARI TANDA-TANDA KENABIAN PADA RASULULLAH]

Aku mempunyai sesuatu yang telah aku siapkan. Pada sore hari, aku mengambilnya kemudian pergi kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, di Quba’. Aku masuk menemui beliau dan berkata kepadanya: Aku mendapat informasi bahwa engkau orang yang sholih. Engkau mempunyai shahabat-shahabat, terasing dan memerlukan bantuan. Ini sedekah dariku. Aku melihat kalian lebih berhak daripada orang lain. Aku serahkan sedekah tersebut kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, kemudian beliau berkata kepada shahabat-shahabatny a: "Makanlah" beliau menahan mulutnya dan tidak memakan sedikitpun dari sedekahku. Aku berkata dalam hati, ini tanda pertama, kemudian aku minta pamit dari hadapan Rasulullah. Setelah itu ku mengumpulkan sesuatu yang lain, sementara Rasulullah shallallahu ;alaihi wa sallam sudah pindah ke Madinah. Aku datang kepada beliau dan berkata kepadanya: sungguh aku melihatmu tidak memakan harta sedekah. Ini hadiah khusus aku berikan kepadamu. Maka Rasulullah memakan hadiah dariku dan memerintahkan shahabat-shahabatny a ikut makan bersamanya. Aku berkata dalam hati ini tanda yang kedua.

[SALMAN MASUK ISLAM]

Setelah itu aku mendatangi Rasulullah di Baqi’ Al-Gharqad yang ketika itu sedang mengantar jenazah salah seorang dari shahabatnya. Aku sudah mengetahui dua tanda pada beliau. Beliau sedang duduk di antara shahabat-shahabatny a, kemudian aku mengucapkan salam kepada beliau. Setelah itu aku berada di belakang beliau, karena ingin melihat punggung beliau, apakah aku bisa melihat cap kenabian yang dijelaskan shahabatku? Ketika Rasulullah melihatku berada di belakangnya, beliau mengetahui bahwa aku mencari sifat yang pernah dijelaskan shahabatku. Beliau membuka kain dari punggungnya, maka pada saat itulah aku melihat cap kenabian pada beliau. Kemudian aku balik ke depan beliau dan menangis. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata kepadaku: Baliklah, aku berbalik arah dan duduk di depan beliau, aku ceritakan semua kisah tentang diriku kepada beliau sebagaimana aku ceritakan kisahku ini kepadamu, hai Ibnu Abbas! Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam ingin kisahku ini didengar pula oleh shahabat-shahabatny a. Setelah itu aku sibuk karena berstatus budak, hingga tidak bisa ikut perang Badar dan perang Uhud bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.

[SALMAN MENJADI ORANG MERDEKA]

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata kepadaku: Bebaskanlah dirimu dengan membayar sejumlah uang, hai Salman! Kemudian aku memerdekakan diriku dari tuanku dengan membayar tiga ratus pohon kurma yang aku tanam untuk tuanku dan emas empat puluh ons. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menyeru shahabat-shahabatny a: Bantulah saudara kalian ini! Shahabat-shahabat Rasulullah memberi bantuan anak pohon kurma kepadaku. Ada shahabat yang memberiku dengan tiga puluh anak pohon kurma. Dan ada shahabat yang memberiku lima belas anak pohon kurma, dan ada shahabat yang memberiku sepuluh anak pohon kurma, setiap orang membantu sesuai dengan kemampuannya, hingga akhirnya terkumpul tiga ratus pohon kurma. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata kepadaku: "Pergilah hai Salman, dan galilah lubang untuk anak-anak pohon kurma ini! Jika engkau telah selesai menggalinya, datanglah kepadaku, agar aku sendiri yang akan meletakannya dengan tanganku sendiri ke dalam lubangnya.

Kemudian aku menggali lubang untuk anak-anak pohon kurma tersebut dengan dibantu shahabat-shahabatku . Ketika aku telah selesai menggalinya, aku menghadap kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan melaporkan kepada beliau bahwa aku telah selesai membuat lubang. Kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pergi bersamaku ke lubang-lubang tersebut. Kami berikan anak pohon kurma kepada beliau dan diletakannya ke dalam lubang tersebut. Demi Dzat yang jiwa Salman berada di Tangan-Nya, tidak ada satu anak pohon kurma pun yang mati. Aku pelihara pohon-pohon kurma tersebut dan aku mempunyai sedikit harta. Tidak lama setelah itu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam datang dengan membawa emas sebesar telur ayam dari salah satu lokasi pertambangan. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata: ‘"Ambil emas ini dan bayarlah hutangmu dengannya!" Aku berkata: Wahai Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam: Bagaimana emas ini bisa menutupi hutangku? Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata: Ambillah emas ini karena Allah akan menutup hutangmu dengannya!" [2] Demi Dzat yang jiwa Salman berada di tangan-Nya, ternyata berat emas tersebut pas empat puluh ons. Kemudian aku bayar hutangku pada tuanku dengan emas tersebut. Setelah itu aku menjadi orang merdeka. Aku bisa ikut perang Khandaq bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sebagai orang merdeka dan sesudah perang itu akan tidak pernah melewatkan satu peperanganpun [3].

KEZUHUDAN SALMAN ALFARISY

Abu Nu’aim mengeluarkan dari Athiyah bin Amir, dia berkata, "Aku pernah melihat Salman Al-Farisy radhiyallhu ‘anhu menolak makanan yang disuguhkan kepadanya, lalu dia berkata, "Tidak, tidak. Karena aku pernah mendengar Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam berkata: ‘Sesungguhnya orang yang lebih sering kenyang di dunia akan lebih lama laparnya di akhirat. Wahai Salman, dunia ini hanyalah penjara orang Mukmin dan surga orang kafir". [4]

PELAJARAN DARI KISAH SALMAN AL-FARISY

Diantara pelajaran yang bisa kita ambil dari kisah Salman Al-Farisy adalah:

ﺀ Pada kisah Salman tersebut menunjukan bahwa yang namanya hidayah adalah urusannya Allah, Allah akan berikan kepada orang yang Dia kehendaki, sebagaimana Salman, beliau berniat ingin melaksakan perintah bapaknya untuk pergi bekerja ke ladang, sebagai salah satu wujud dari berbakti kepada bapaknya, namun di tengah perjalanan ia mendapati suatu kaum yang beribadah di dalam gereja, sehingga pada akhirnya ia mendapatkan hidayah dari Allah ‘azza wa jalla. Dan datangnya hidayah pada seseorang itu adakalanya dengan cara mencari dengan kesungguhan untuk mendapatkannya dan terkadang dengan tiba-tiba seseorang mendapatkan hidayah (tanpa dengan upaya untuk mencarinya), sekadar contoh masuk Islamnya Umar Ibnul Khoththob dengan tiba-tiba beliau masuk Islam.

Samahatusy Syaikh Abdul ‘Aziz Abdullah bin Bazz berkata dalam ta’liqat Kitab Fathul Majiid: "Hidayah diberikan kepada penerima petunjuk pada hatinya dengan mengubahnya dari kesesatan, kekufuran dan kefasikan, untuk menuju kepada petunjuk, keimanan, ketaatan dan meluruskannya pada jalan Allah dan mengokohkannya. Petunjuk ini khusus pada Allah Ta’ala, karena Dialah yang Maha Kuasa membolak-balikan hati dan mengubahnya serta menunjukan dan menyesatkan siapa yang Dia kehendaki. Barangsiapa yang dikehendaki Allah maka tidak ada yang dapat menyesatkannya dan barangsiapa yang disesatkan oleh Allah maka tidak ada yang dapat memberinya petunjuk."

ﺀ Saudaraku –hadanallahu wa iyyakum- perhatikanlah perkataan bapak Salman: "Anakku tidak ada kebaikan pada agama-agama selain agama kita". Ini menunjukan bukti konkrit bahwa tidaklah ada suatu kelompok yang sesat sekalipun untuk mengaku jika ia berada dalam kesesatan, bahkan ia akan merasa di atas petunjuk dan kebenaran. Maka jangan kita tertipu! Kita adalah para pemuda yang sudah sampai pada jenjang-jenjang kedewasaan berfikir, maka konsentrasikan fikiran dan berupayalah untuk lebih jeli dan teliti dalam memilih dan memilah terhadap sesuatu perkara atau ketika kita akan membuat keputusan, dan ini peringatan bagi kita. Wallahul mustaan!

ﺀ Saudaraku seperjuangan –hayyakumullah- lihatlah sikap dan tindak tanduknya Salman ketika tiba di Syam, beliau langsung bertanya, siapakah pemeluk agama ini yang paling banyak ilmunya? Ini menunjukkan kecerdasan beliau, beliau benar-benar memahami akan pentingnya ilmu. Asy-Syaikh Abdurrazzaq bin Abdul Muhsin Al-‘Abbad Al-Badr berkata: "Ilmu merupakan pokok pangkal segala kebaikan. Sedangkan kejahilan merupakan pokok pangkal segala kejelekan. Cinta kepada kezhaliman, permusuhan, melakukan kekejian dan melanggar larangan-larangan, sebabnya yang pertama adalah kejahilan serta rusaknya ilmu atau rusaknya niat. Dan rusaknya niat disebabkan karena rusaknya ilmu. Kejahilan dan rusaknya ilmu merupakan sebab pertama dalam kerusakan amal dan berkurangnya iman. [5]

Beliau juga menjelaskan: "Jahil tentang Allah Subhanahu wa Ta’ala adalah penyakit yang berbahaya dan membinasakan yang akan menggiring pemiliknya menuju kecelakaan dan adzab yang besar. Barangsiapa yang penyakit ini mengakar pada dirinya dan menguasainya, jangan engkau bertanya tentang kebinasaannya (yakni pasti akan binasa). Dia akan berkubang dalam kemaksiatan dan dosa, terjungkir balik dari jalan Allah Subhanahu wa Ta’ala yang lurus, pasrah dalam seruan syubhat dan syahwat. Kecuali bila dia dijemput oleh rahmat Allah Subhanahu wa Ta’ala dengan siraman hati dan cahaya penglihatan. Itulah kunci kebaikan, yaitu ilmu yang bermanfaat yang akan membuahkan amal shalih. Sebab, tidak ada obat terhadap penyakit itu melainkan ilmu. Dan seseorang tidak akan terlepas dari penyakit ini melainkan bila Allah Subhanahu wa Ta’ala mengajarkan kepadanya ilmu yang bermanfaat dan memberikan bimbingan kepadanya. Barangsiapa yang Allah Subhanahu wa Ta’ala menginginkan kebaikan kepadanya, Dia akan mengajarkannya ilmu yang bermanfaat dan memberikan kedalaman tentang agama serta memperlihatkan kepadanya segala yang akan menjadikan dia bahagia dan bergembira, kemudian dia keluar dari kubangan kejahilan. Dan kapan saja Allah Subhanahu wa Ta’ala tidak menginginkan kebaikan untuknya, maka Allah Subhanahu wa Ta’ala akan menetapkan dia di atas kejahilan. Kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala sajalah kita meminta agar Dia menyirami hati kita dengan ilmu dan iman, serta melindungi kita dari kejahilan dan permusuhan." [6]

Lihatlah apa yang menyebabkan bapaknya Salman menolak kebenaran dan bahkan tidak ridho kalau Salman mengikuti Agama Nabiullah Isa –‘alaihi salam-, ini menunjukan ketidak tahuannya terhadap kebenaran dan ia bodoh terhadap kebenaran, sungguh benar perkataan Ibnul Qayyim rahimahullahu: "Sebab tertolaknya kebenaran banyak sekali. Di antaranya adalah kejahilan, dan inilah sebab yang mendominasi pada kebanyakan orang. Karena barangsiapa jahil terhadap sesuatu niscaya dia akan menentangnya dan menentang pemeluknya." [7].

Al-Imam Ahmad rahimahullahu berkata: "Sesungguhnya seseorang melakukan penyelisihan karena sedikitnya pengetahuan mereka tentang segala apa yang datang dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam." [8]

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullahu berkata: "Kebenaran banyak hilang di tengah orang-orang yang jahil lagi ummi (tidak pandai membaca dan menulis)." [9]

Saudaraku seperjuangan! -Semoga Allah menjaga kita- lihatlah apa yang diwasiatkan oleh para Uskup kepada Salman? Mereka semua memberikan wasiat untuk berkumpul dan berteman dengan orang-orang yang Sholih, dan telah kita maklumi bahwa seseorang itu tergantung agama temannya, Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam berkata: "(Agama) seseorang tergantung dari agama temannya, maka perhatikanlah kepada engkau temanmu." [10].

Ibnu Mas’ud berkata: "Nilailah seseorang itu dengan siapa ia berteman karena seorang Muslim akan mengikuti Muslim yang lain dan seorang fajir akan mengikuti orang fajir yang lainnya." [11] Dan ia juga berkata: "Seseorang itu akan berjalan dan berteman dengan orang yang dicintainya dan mempunyai sifat seperti dirinya." [12]. Beliau melanjutkan: "Nilailah seseorang itu dengan temannya sebab sesungguhnya seseorang tidak akan berteman kecuali dengan orang yang mengagumkannya (karena seperti dia)." [13].

Yahya bin Abi Katsir mengatakan, Nabi Sulaiman bin Daud Alaihis Salam bersabda: "Jangan menetapkan penilaian terhadap seseorang sampai kamu memperhatikan siapa yang menjadi temannya." [14]

Qatadah berkata: "Sesungguhnya kami, demi Allah belum pernah melihat seseorang menjadikan teman buat dirinya kecuali yang memang menyerupai dia maka bertemanlah dengan orang-orang yang shalih dari hamba-hamba Allah agar kamu digolongkan dengan mereka atau menjadi seperti mereka." [15].

BERPIKIRLAH SEJENAK!

Setelah kita mengetahui kisah Salman Al-Farisy, mari kita mencoba merenungi dan meresapi kisah tersebut, bukankah Salman Al-Farisy adalah seorang anak yang paling disayangi oleh bapaknya, namun karena panggilan kebenaran beliau –radhiyallahu ‘anhu- lebih memilih untuk hidup bersama Uskup, hingga penderitaan demi penderitaan, kepedihan demi kepedihan beliau rasakan, dan bahkan ketika beliau mencari kebenaran beliau mendapatkan resiko yang sangat besar, hingga akhirnya beliau pun menjadi budak yang diperjual belikan. Apakah dengan ujian dan hambatan yang beliau dapati mengakibatkan beliau loyo dan patah semangat? Demi Allah beliau adalah orang paling penyabar dan kokoh keimanannya. Mampukah kita seperti beliau? Sudikah kita meninggalkan perkara-perkara mubah atau bahkan perkara haram karena menyambut panggilan kebenaran?

Wahai saudaraku seperjuangan! Ingatlah perjuangan belum berakhir! Badai dan gelombang fitnah akan terus menghadai, maka dengan apa dan persiapan apa kita akan menghadapinya? Tidakkah kita mau berfikir dan mengambil pelajaran dari umat-umat yang telah mendahului kita?

Saudaraku ingatlah usia semakin hari semakin berkurang! Apakah setiap usia yang kita luput darinya terdapat simpanan kebaikan? Ataukah bahkan usia yang kita sia-siakan tersebut memberi pengaruh jelek kepada kita? Ingatlah waktu dan perjuangan belum berakhir! Kapan lagi kita untuk bersegera kepada ampunan Rabb kita, kalau bukan mulai sekarang. Wabillahit taufiq!

Semoga upaya yang kami lakukan ini ikhlas semata-mata karena mengharapkan wajah-Nya. Sholawat dan salam semoga selalu tercurahkan kepada junjungan kita, Nabiullah Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam. Keluarga dan para shahabatnya.

Footnote:
[1] Kisah dikeluarkan oleh Ibnu Ishaq, ia berkata bahwa Ashim Ibnu Umar bin Qatadah Al-Anshary berkata kepadaku dari Mahmud bin Labib dari Abdullah bin Abbas.
[2] Dalam suatu riwayat Salman berkata: Ketika aku berkata kepada: Wahai Rasulullah, bagaimana emas ini bisa menutupi hutangku? Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memungut emas tersebut dan membolak-balikannya di depan mulut beliau. Kemudian beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata: "Ambillah emas ini, hai Salman dan bayar hutangmu pada tuanmu dengan emas ini! Emas tersebut aku ambil, lalu aku bayar hutangku pada tuanku secara penuh, empat puluh ons.
[3] Lihat Sirah Nabawy karya Ibnu Hisyam.
[4] Lihat Al-Hilyah, 1/198, Bagian terakhir dari hadits di atas, "Dunia ini hanyalah penjara orang Mukmin", merupakan riwayat Muslim.
[5] Asbab Ziyadatil Iman hal. 62
[6] Asbab Ziyadatil Iman hal. 64
[7] Hidayatul Hayara fi Ajwibati Al-Yahudi wan Nashara hal. 18
[8] I’lamul Muwaqqi’in, 1/44
[9] Majmu’ Fatawa 25/129
[10] Hadits dari Abu Hurairah radhiyallhu ‘anhu, lihat As-Shahihah 927
[11] Al Ibanah 2/477 nomor 502 dan Syarhus Sunnah Al Baghawi 13/70
[12] Al Ibanah 2/476 nomor 499
[13] Al Ibanah 2/477 nomor 501
[14] Al Ibanah 2/480 nomor 514

Sumber: Darussalaf.or. id

Sabtu, 03 April 2010

Perilaku Abu Ayyub ra. terhadap Nabi SAW.

Dari Abu Ayyub ra. "Ketika Rasulullah SAW berhijrah ke Madinah. maka Beliau tinggal di rumah Abu Ayyub ra. Rasulullah SAW tinggal di bagian bawah sedangkan Abu Ayyub di bagian atas rumah. Ketika malam tiba. Abu Ayyub tersadar bahwa ia tinggal di atas Nabi SAW berarti dirinya berada di antara Rasulullah SAW dan wahyu. Hal itu membuat ia susah untuk tidur. la pun khawatir jikalau ia menggerakkan kakinya dapat merontohkan debu-debu sehingga menyusahkan Nabi SAW.
Ketika pagi hari tiba maka ia berkata kepada Nabi SAW "Wahai Rasulullah, saya baru tersadar bahwa saya berada diatasmu Dan engkau berada di bawahku. sehingga saya takut bergerak yang menyebabkan jatuhnya debu-debu kepadamu Dan saya pun berada di antara engkau dan wahyu." Jawab Nabi SAW, "Wahai Abu Ayyub jangan kamu berlebihan, maukah aku ajarkan kepadamu suatu ucapan yang jika kamu mengucapkannya setiap pagi dan sore, sebanyak sepuluh kali. maka Allah akan memberikan sepuluh kebaikan. menghapuskan sepuluh dosa dan mengangkatmu sepuluh derajat dan kelak padi hari Kiamat engkau akan digolongkan sebagai seorang yang telah mcmbebaskan sepuluh budak. Ucapan itu ialah:
Laa ilaaha illallaahu wahdahulaa syarikalahu ...
(Thabrani, Kanzul Ummal, 1/294)

Dari Abu Ayyub katanya,"Ketika beliau tinggal di rumahku maka aku berkata kepadanya, "Demi ayah dan ibuku, sesungguhnya daku merasa tidak enak jika tinggal di atasmu dan engkau berada di bawahku." Rasulullah SAW bersabda, "Sesungguhnya lebih mudah bagi kami untuk tinggal di bawah saja, agar memudahkan kami ketika menerima tamu." (Thabrani)

Suatu ketika tempat airku pecah maka airnya tumpah ke lantai. maka aku bersama istriku (Ummu Ayyub) segera mengeringkanya dengan kain milik kami padahal kami tidak memiliki lagi selimut lain kecuali itu. dengan perasaan takut dan khawatir air tersebut akan mengenai beliau dan menyusahkannva. Dan setiap hari kami menghidangkan makanan bagi Rasulullah SAW dan jika ada sisa dari makanan tersebut maka kami makan pada bagian bekas-bekas tangan Rasulullah SAW agar kami mendapat berkat dengan hal itu.
Pada suatu malam ketika kami hidangkan makan malam. kami bubuhkan di dalam masakan tersebut bawang. Beliau mengembalikannya kepada kami. Dan kami melihat tidak ada sedikit pun bekas tangan beliau. Maka hal ini kami ceritakan kepada Rasulullah SAW, mengenai makanan kami dan apa sebab beliau tidak mau menyentuh makanan kami sedikit pun Kata Beliau, "Aku dapatkan pada makanan ini bau bawang putih, di karenakan aku adalah seorang lelaki vang senantiasa berdzikir kepada Allah. maka aku tidak senang bila mulutku tercium bau yang tidak enak. Sedangkan untuk kalian maka silahkan kalian memakannya."
(Kanzul Ummal. 5/50)

Sabtu, 20 Maret 2010

Pembelaan Abu Bakar ra. terhadap Nabi SAW

Dalam peristiwa yang diberitakan oleh Abi Ya'la dari Anas bin Malik ra. katanya: Suatu kali, pernah kaum Quraisy memukul Nabi SAW sehingga beliau jatuh pingsan. Ada orang yang memberitahu Abu Bakar ra. lalu segera dia meleraikan mereka, seraya berkata: Celaka kamu sekalian! Apakah kamu hendak membunuh orang yang mengatakan 'Tuhanku Allah!' Kemudian orang-orang jahat bertanya: Siapa orang ini? Jawab mereka: Inilah Abu Bakar yang sudah gila itu! Mereka pun meninggalkan Nabi SAW lalu berkelahi dengan Abu Bakar.
(Majma'uz Zawa'id 6:17; Hakim 3:67)

Bazzar memberitakan di dalam Musnadnya dari Muhammad bin Aqil dari Ali ra. bahwa pada suatu hari, dia berdiri berpidato kepada orang ramai, katanya: 'Siapakah orang yang paling berani?' 'Engkaulah, wahai Amirul Mukminin!' jawab orang-orang yang mendengarnya. 'Memang barangkali aku, kerana tiada siapa yang bertanding pedang denganku, melainkan aku membelahnya menjadi dua!' Ali lalu berdiam sebentar. Kemudian dia menyambung kata-katanya lagi: 'Tetapi yang benar-bena rberani adalah Abu Bakar ra. Pada suatu hari kita memdirikan untuk Nabi SAW sebuah pondok, lalu kita berkata: Siapa yang akan menjaga Nabi SAW supaya jangan ada orang musyrik mengapa-apakannya?! Demi Allah, tiada seorang pun yang maju ke depan, melainkan Abu Bakar ra. sedang dia menghunuskan pedangnya di kepala Rasulullah SAW tiada seorang musyrik yang coba mendekati beliau, melainkan diayunkan pedang itu kepadanya. Inilah orang yang paling berani!' ujar Ali ra.

Kemudian dia bercerita lagi: 'Pernah aku melihat kaum Quraisy mengancam Rasulullah SAW yang satu mengganggunya, dan yang lain menarik-nariknya seraya mengatakan: Engkaukah orangnya yang menjadikan tuhan-tuhan itu hanya Satu Tuhan saja? Demi Allah aku tidak melihat siapa pun datang untuk menolong beliau, selain Abu Bakar semata, dia memukul si fulan, menghadapi si fulan serta mendorong si fulan dan dia terus-menerus berkata: Celaka kamu! Celaka kamu! Apakah kamu mau membunuh orang yang mengatakan'Tuhanku Allah!?...'

Kemudian Ali ra. menngambil kain burdah yang ada pada badannya, seraya dia menangis terisak-isak hingga membasahi janggutnya. Kemudian Ali ra. menanyai orang-orang yang mendengar pidatonya tadi dengan berkata: 'Aku meminta kepada kamu sekalian dengan nama Allah, tolongl beritahu aku, apakah orang Mukmin kaum Fir'aun itu yang lebih baik, atau dia (yakni Abu Bakar)? jawablah tuan-tuan sekalian!' Majlis itu senyap-sunyi, tiada siapa yang mahu menjawabnya, sehingga dia sendiri yang menjawabnya, katanya: 'Demi Allah, satu detik saja dari Abu Bakar adalah lebih baik dari seisi bumi yang dipenuhi oleh orang Mukmin kaum Fir'aun itu! Mereka itu menyembunyikan imannya! Namun Abu Bakar menampakkan imannya!' demikianlah Ali ra. mengenalkan kepada orang tentang keutamaan Abu Bakar ra.
(Al-Bidayah Wan-Nihayah 3:271; Majma'uz Zawa'id 9:47)

Pesan Abu Bakar ra. sebelum Mengirim Pasukan Jihad

Baihaqi dan Ibnu Asakir telah memberitakan dari Said bin Al-Musaiyib, bahwa Khalifah Abu Bakar ra. pernah mengutus pasukan Islam ke Syam, dan menyerahkan kepemimpinan pasukan itu di tangan Yazid bin Abu Sufyan ra, Amru bin Al-Ash ra. dan Syurahbil bin Hasanah ra. Mereka pun menunggang kuda masing-masing untuk berangkat, namun Abu Bakar ra. tetap berjalan kaki untuk melepas pasukan itu hingga ke Tsaniyatil-Wadak. Maka para panglima Islam itu berkata kepada Khalifah Abu Bakar ra.: "Wahai Khalifah Rasulullah! Tidak enak rasanya, engkau berjalan kaki sedangkan kami menunggang kuda?!" "Jangan turun dari atas tunggangan kalian", jawab Khalifah Abu Bakar. "Aku menganggap langkah-langkah ini dari berjuang pada jalan Allah!".

Sambil berjalan kaki, Khalifah mengingatkan pasukan itu, katanya: Aku berpesan kepada kamu supaya bertaqwa kepada Allah. Berjuanglah pada jalan Allah, dan perangilah siapa yang mengkufuri Allah, kerana Allah senantiasa akan memenangkan agamaNya! Jangan membuat aniaya, jangan berkhianat, jangan melarikan diri, jangan membuat kerusakan di muka bumi, jangan mendurhakai perintah ketua. Jika kamu berhadapan dengan musuh dari kaum musyrik itu, insya Allah nanti, maka serulah mereka kepada tiga perkara. Jika mereka setuju, terimalah dari mereka dan jangan memerangi mereka lagi!

Mula-mula serulah mereka kepada Islam! jika mereka setuju memeluk Islam, terimalah mereka dan berhenti memerangi mereka!

Kemudian ajaklah mereka berpindah dari tempat mereka itu ke negeri Islam, tempat orang yang berhijrah. jika mereka mau datang, beritahulah mereka bahwa mereka akan mendapat hak sesuai dengan hak yang didapati oleh kaum Muhajirin, dan atas mereka hak sesuai dengan hak yang ditanggung oleh kaum Muhajirin. Tetapi jika mereka menerima Islam, lalu mereka memilih hendak menetap di negeri mereka sendiri, tidak sanggup untuk berhijrah ke negeri tempat menetapnya kaum Muhajirin, maka hendaklah kamu memberitahu mereka bahwa mereka akan dikenakan syarat seperti yang dikenakan ke atas kaum Arab yang lain yang mendiami negeri mereka. Mereka wajib menerima hukum-hukum Allah yang difardhukan ke atas semua kaum Mukminin, mereka tidak akan diberikan hasil upeti dan harta rampasan perang, sehingga mereka mau berjuang bersama-sama kaum Muslimin.

Jika mereka enggan memeluk lslam, maka beritahukanlah kepada mereka bahwa mereka wajib membayar upeti (jizyah). Jika mereka setuju inembayar upeti, terimalah dari mereka dan berhentikan memerangi mereka.

Jika itu juga mereka enggan menerima, maka mohonlah bantuan Allah untuk memerangi mereka, dan teruskanlah perjuangan kamu insya Allah!. Tetapi janganlah memotong pepohonan korma, jangan membakamya, jangan membunuh binatang-binatang, jangan menebas pepohonan buah, jangan robohkan rumah kediaman, jangan membunuh anak-anak kecil, orang tua dan wanita. Dan jika kamu dapati orang yang menyembunyikan dirinya di dalam gereja atau rumah agama, maka jangan kamu mengganggu mereka, dan biarkanlah mereka dalam keadaan mereka itu. Dan kamu akan dapati dari kumpulan ini yang bertopengkan agama, yang menyediakan tempat untuk syaitan bersarang di kepalanya, maka jika kamu dapati orang serupa ini, hendaklah kamu tebas kepala mereka, insya Allah!
(Kanzul Ummal 2:295-296)


Baihaqi memberitakan dari Urwah, bahwa Abu Bakar As-Shiddiq ra. pernah menyerahkan kepemimpinan pasukan kepada Khalid bin Al-Walid ra. ketika diutus kepada kaum yang murtad dari orang-orang Arab, supaya dia mula-mula mengajak mereka kembali kepada Islam serta menerangkan kembali apa yang wajib bagi mereka dan ke atas mereka, dan meneguhkan keyakinan mereka kepada Islam! Maka barangsiapa yang menerima seruan itu di antara mereka, tidak kira yang merahnya ataupun yang hitamnya, mestilah dia menerima darinya. Sebab dia hanya disuruh untuk memerangi siapa yang mengkufuri Allah dan menolak keimanan kepadanya saja. Maka apabila orang yang diseru itu sudah menerima Islam, dan benar keimanannya, tidak ada jalan baginya untuk memeranginya lagi, dan Allah sajalah yang bakal membuat perhitungan dengannya! Tetapi, barangsiapa yang enggan menerima seruan Islam itu, dan tidak mau kembali kepada Islam dari orang yang murtad darinya, maka hendaklah dia memerangi dan membunuhnya!
(Kanzul Ummal 3:143)
Posted by azharjaafar

Pentingnya Sunnah Rasulullah SAW

Dari Anas bin Malik ra. katanya, Rasulullah SAW telah berkata kepadaku: 'Hai anakku! Jika engkau mampu tidak menyimpan dendam kepada orang lain sejak dari pagi sampai ke petangmu, hendaklah engkau kekalkan kelakuan itu! Kemudian beliau menyambung pula: Hai anakku! Itulah perjalananku (sunnahku), dan barangsiapa yang menyukai sunnahku, maka dia telah menyukaiku, dan barangsiapa yang menyukaiku, dia akan berada denganku di dalam syurga! ' (Riwayat Tarmidzi)

Dari Ibnu Abbas ra. bahwa Nabi SAW yang berkata: "Barangsiapa yang berpegang dengan sunnahku, ketika merata kerusakan pada ummatku, maka baginya pahala seratus orang yang mati syahid". (Riwayat Baihaqi) Dalam riwayat Thabarani dari Abu Hurairah ra. ada sedikit perbedaan, yaitu katanya: Baginya pahala orang yang mati syahid. (At-Targhib Wat-Tarhib 1: 44)

Thabarani dan Abu Nu'aim telah mengeluarkan sebuah Hadis marfuk yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah ra. bahwa Nabi SAW telah bersabda: Orang yang berpegang kepada sunnahku dalam zaman kerusakan ummatku akan mendapat pahala orang yang mati syahid. Hakim pula meriwayatkan dari Abu Hurairah ra. juga bahwa Nabi SAW telah berkata: Orang yang berpegang kepada sunnahku dalam masa perselisihan diantara ummatku adalah seperti orang yang menggenggam bara api. (Kanzul Ummal 1: 47)

Dan Muslim pula meriwayatkan dari Anas ra. dari Rasulullah SAW katanya: Orang yang tidak suka kepada sunnahku, bukanlah dia dari golonganku! Demikian pula yang dikeluarkan oleh Ibnu Asakir dari Ibnu Umar ra. cuma ada tambahan di permulaannya berbunyi: Barangsiapa yang berpegang kepada sunnahku, maka dia dari golonganku.

Kemudian Daraquthni pula mengeluarkan sebuah Hadis dari Siti Aisyah r.a. dari Nabi SAW katanya: Sesiapa yang berpegang kepada sunnahku akan memasuki syurga!

Dan dikeluarkan oleh As-Sajzi dari Anas ra. dari Nabi SAW katanya: Barangsiapa yang menghidupkan sunnahku, maka dia telah mengasihiku, dan siapa yang mengasihiku dia akan memasuki syurga bersama-sama aku!
Posted by azharjaafar

Selasa, 09 Maret 2010

Penderitaan Nabi SAW (1)

Baihaqi memberitakan dari Abdullah bin Ja'far ra. katanya: Apabila Abu Thalib telah meninggal dunia, mulailah Nabi SAW diganggu dan ditentang secara terang-terangan. Satu peristiwa, beliau telah dihadang di jalanan oleh salah seorang pemuda jahat Quraisy, diraupnya tanah dan dilemparkan ke muka beliau, namun beliau tidak membalas apa pun.
Apabila beliau tiba di rumah, datang salah seorang puterinya, lalu membersihkan muka beliau dari tanah itu sambil menangis sedih melihat ayahnya diperlakukan orang seperti itu. Maka berkatalah Rasulullah SAW kepada puterinya itu: 'Wahai puteriku! Jangan engkau menangis begitu, Allah akan melindungi ayahmu!' beliau membujuk puterinya itu.
Beliau pernah berkata: Sebelum ini memang kaum Quraisy tidak berani membuat sesuatu seperti ini kepadaku, sehinggalah selepas Abu Thalib meninggal dunia, mulailah mereka menggangguku dan mengacau ketenteramanku. Dalam riwayat yang lain, beliau berkata kepadanya karena menyesali perbuatan jahat kaum Quraisy itu: Wahai paman! Alangkah segeranya mereka menggangguku sesudah engkau hilang dari mataku!
(Hilyatul Auliya 8:308; Al-Bidayah Wan-Nihayah 3:134)
Thabarani telah memberitakan dari Al-Harits bin Al-Harits yang menceritakan peristiwa ini, katanya: Apabila aku melihat orang ramai berkumpul di situ, aku pun tergesa-gesa datang ke situ, menarik tangan ayahku yang menuntunku ketika itu, lalu aku bertanya kepada ayahku: 'Apa sebab orang ramai berkumpul di sini, ayah?' 'Mereka itu berkumpul untuk mengganggu si pemuda Quraisy yang menukar agama nenek-moyangnya!' jawab ayahku. Kami pun berhenti di situ melihat apa yang terjadi. Aku lihat Rasulullah SAW mengajak orang ramai untuk mengesakan Allah azzawajaila dan mempercayai dirinya sebagai Utusan Allah, tetapi aku lihat orang ramai mengejek-ngejek seruannya itu dan mengganggunya dengan berbagai cara sehinggalah sampai waktu tengah hari, maka mulailah orang bubar dari situ.
Kemudian aku lihat seorang wanita datang kepada beliau membawa air dan sehelai kain, lalu beliau menyambut tempat air itu dan minum darinya. Kemudian beliau mengambil wudhuk dari air itu, sedang wanita itu menuang air untuknya, dan ketika itu agak terbuka sedikit pangkal dada wanita itu. Sesudah selesai berwudhuk, beliau lalu mengangkat kepalanya seraya berkata kepada wanita itu: Puteriku! lain kali tutup rapat semua dadamu, dan jangan bimbang tentang ayahmu! Ada orang bertanya: Siapa dia wanita itu? jawab mereka: Itu Zainab, puterinya - radhiallahu anha.
(Majma'uz-Zawa'id 6:21)
Dalam riwayat yang sama dari Manbat Al-Azdi, katanya: Pernah aku melihat Rasulullah SAW di zaman jahiliah, sedang beliau menyeru orang kepada Islam, katanya: 'Wahai manusia sekaliani Ucapkanlah 'Laa llaaha lliallaah!' nanti kamu akan terselamat!' beliau menyeru berkali-kali kepada siapa saja yang beliau temui. Malangnya aku lihat, ada orang yang meludahi mukanya, ada yang melempar tanah dan kerikil ke mukanya, ada yang mencaci-makinya, sehingga ke waktu tengah hari.
Kemudian aku lihat ada seorang wanita datang kepadanya membawa sebuah kendi air, maka beliau lalu membasuh wajahnya dan tangannya seraya menenangkan perasaan wanita itu dengan berkata: Hai puteriku! Janganlah engkau bimbangkan ayahmu untuk diculik dan dibunuh ... ! Berkata Manbat: Aku bertanya: Siapa wanita itu? Jawab orangorang di situ: Dia itu Zainab, puteri Rasuluilah SAW dan wajahnya sungguh cantik.
(Majma'uz Zawa'id 6:21)
Posted by azharjaafar

Penderitaan Nabi SAW (2)

Bukhari meriwayatkan dari Urwah r.a. katanya: Aku bertanya Amru bin Al-Ash ra. mengenai apa yang dideritai Nabi SAW ketika beliau berdakwah mengajak orang masuk Islam, kataku: 'Beritahu aku tentang perbuatan yang paling kejam yang pernah dibuat oleh kaum musyrikin terhadap Rasulullah SAW? Maka Amru berkata: Ketika Nabi berada di Hijir Ka'bah, tiba-tiba datang Uqbah bin Abu Mu'aith, lalu dibelitkan seutas kain pada tengkuk beliau dan dicekiknya dengan kuat sekali. Maka seketika itu pula datang Abu Bakar ra. lalu dipautnya bahu Uqbah dan ditariknyanya dengan kuat hingga terlepas tangannya dari tengkuk Nabi SAW itu. Abu Bakar berkata kepada Uqbah: 'Apakah engkau hendak membunuh orang yang mengatakan 'Tuhanku ialah Allah!' padahal dia telah membawa keterangan dari Tuhan kamu?!' (Al-Bidayah Wan-Nihayah 3:46)

Suatu riwayat yang dikeluarkan oleh Ibnu Abi Syaibah, dari Amru bin Al-Ash ra. katanya: Aku tidak pemah lihat kaum Quraisy yang hendak membunuh Nabi SAW seperti yang aku lihat pada suatu hari di bawah lindungan Ka'bah. Mereka bersepakat merencanakan pembunuhan beliau sedang mereka duduk di sisi Ka'bah. Apabila Rasulullah SAW datang dan bersembahyang di Maqam, lalu bangunlah Uqbah bin Abu Mu'aith menuju kepada Rasulullah SAW dan membelitkan kain ridaknya ke tengkuk beliau, lalu disentaknya dengan kuat sekali, sehingga beliau jatuh tersungkur di atas kedua lututnya. Orang ramai yang berada di situ menjerit, menyangka beliau telah mati karena cekikan keras dari Uqbah itu. Maka ketika itu segeralah Abu Bakar ra. datang dan melepaskan cekikan Uqbah dari Rasulullah SAW itu dari belakangnya, seraya berkata: Apa ini? Adakah engkau hendak membunuh orang yang mengatakan 'Tuhanku ialah Allah!' Uqbah pun segera berundur dari tempat Rasuluilah SAW itu kembali ke perkumpulan teman-temannya para pemuka Quraisy itu. Rasulullah SAW hanya bersabar saja, tidak mengatakan apa pun. Beliau lalu berdiri bersembahyang, dan sesudah selesai sembahyangnya dan ketika hendak kembali ke rumahnya, beliau berhenti sebentar di hadapan para pemuka Quraisy itu sambil berkata: 'Hai kaum Quraisy! Demi jiwa Muhammad yang berada di dalam genggaman Tuhan! Aku diutus kepada kamu ini untuk menyembelih kamu!' beliau lalu mengisyaratkan tangannya pada tenggorokannya, yakni beliau rnenjanjikan mereka bahwa mereka akan mati terbunuh. 'Ah, ini semua omong kosong!' kata Abu jahal menafikan ancaman Nabi SAW itu. 'Ingatlah kataku ini, bahwa engkau salah seorang dari yang akan terbunuh!' sambil menunjukkan jarinya ke muka Abu jahal. (Kanzul Ummal 2:327)

Penderitaan Nabi SAW (3)

Ahmad memberitakan dari Urwah bin Az-Zubair dari Abdullah bin Amru ra. bahwa Urwah pernah bertanya kepada Abdullah: 'Tolong beritahu aku apa yang pernah engkau lihat dari kaum Quraisy ketika mereka menunjukkan permusuhannya kepada Rasulullah SAW?'. Abdullah bercerita: Aku pernah hadir dalam salah satu peristiwa ketika para pemuka Quraisy bermusyawarah di tepi Hijir (Ka'bah), mereka berkata: Apa yang kita tanggung sekarang lebih dari yang dapat kita sabar lagi dari orang ini! Dia telah mencaci nenek-moyang kita, memburuk-burukkan agama kita, memporak-perandakan persatuan kita, dan mencerca tuhan-tuhan kita, siapa lagi yang dapat bersabar lebih dari kita ... !'

Di tengah mereka berbincang-bincang itu, tiba-tiba muncullah Rasulullah SAW datang dan langsung menghadap sudut Ka'bah, lalu beliau bertawaf keliling Ka'bah, dan apabila beliau berlalu di tempat kaum Quraisy itu sedang duduk, mereka melontarkan beberapa perkataan kepadanya, namun beliau hanya berdiam diri belaka. Apabila beliau bertawaf kali kedua, mereka tetap menyampaikan kata-kata mengejek, namun beliau tidak berkata apa pun. Tetapi pada tawaf keliling ketiga, bila mereka mengejek-ngejek lagi, beliau lalu berhenti seraya berkata kepada mercka: 'Hai pemuka Quraisy! Dengarlah baik-baik! Demi jiwa Muhammad yang berada di dalam genggaman Tuhan, sebenarnya aku ini mendatangi kamu untuk menyembelih kamu!' Mendengar itu, semua orang yang di situ merasa berat sekali, sehingga setiap seorang di antara mereka merasakan seolah-olah burung besar datang untuk menyambarnya, sampai ada orang yang tidak sekeras yang lain datang untuk menenangkan perasaan beliau supaya tidak mengeluarkan kata-kata yang mengancam, karena mereka sangat bimbang dari kata-katanya. 'Kembalilah sudah, wahai Abu Al-Qasim!' bujuk mereka. 'Janganlah engkau sampai berkata begitu! Sesungguhnya kami sangat bimbang dengan kata-katamu itu!' Rasuluilah SAW pun kembalilah ke rumahnya.

Kemudian pada hari besoknya, mereka datang lagi ke Hijir (Ka'bah) itu dan berbicarakan permasalahan yang sama, seperti kemarin, dan aku duduk di antara mereka mendengar pembicaraan mereka itu. 'Kamu semua cuma berani berkata saja, cuma berani mengumpat sesama sendiri saja, kemudian apabila Muhammad mengatakan sesuatu yang kamu tidak senang, kamu lalu merasa takut, akhirnya kamu membiarkannya!' kata yang satu kepada yang lain. 'Baiklah,' jawab mereka.' Kali ini kita sama-sama bertindak, bila dia datang nanti.' Dan seperti biasa Rasulullah SAW pun datang untuk bertawaf pada Ka'bah, maka tiba-tiba mereka melompat serentak menerkamnya sambil mereka mengikutinya bertawaf mereka mengancamnya: 'Engkau yang mencaci tuhan kami?' kata yang seseorang. 'Engkau yang memburuk-burukkan kepercayaan kami, bukan?' kata yang lain. Yang lain lagi dengan ancaman yang lain pula. Maka setiap diajukan satu soalan kepada Rasulullah SAW itu, setiap itulah dia mengatakan: 'Memang benar, aku mengatakan begitu!' Lantaran sudah tidak tertanggung lagi dari mendengar jawaban Nabi SAW itu, maka seorang dari mereka lalu membelitkan kain ridaknya pada leher beliau, sambil menyentakkannya dengan kuat. Untung Abu Bakar ra. berada di situ, lalu dia segera datang melerai mereka dari menyiksa Nabi SAW sambil berkata: 'Apakah kamu sekalian mau membunuh seorang yang mengatakan 'Tuhanku ialah Allah! 'diulanginya kata-kata itu kepada kaum Quraisy itu, dengan tangisan yang memilukan hati. Kemudian aku lihat kaum Quraisy itu meninggalkan tempat itu. Dan itulah suatu peristiwa sedih yang pernah aku lihat dari kaum Quraisy itu yang dilakukan terhadap Nabi SAW - demikian kata Abdullah bin Amru kepada Urwah bin Az-Zubair ra. (Majma'uz Zawa'id 6:16)

Penderitaan Nabi SAW (4)

Bazzar dan Thabarani telah memberitakan dari Abdullah bin Mas'ud r. a. katanya: Satu peristiwa, ketika Rasulullah SAW bersembahyang di Masjidil Haram, dan ketika itu pula Abu jahal bin Hisyam, Syaibah dan Utbah keduanya putera dari Rabi'ah, Uqbah bin Abu Mu'aith, Umaiyah bin Khalaf dan dua orang yang lain, semua mereka tujuh orang, mereka sekalian sedang duduk di Hijir, dan Rasuluilah SAW pula sedang asyik bersembahyang, dan apabila beliau bersujud, selalunya beliau memanjangkan sujudnya. Maka berkatalah Abu Jahal: 'Siapa berani pergi ke kandang unta suku Bani fulan, dan mengambil taiknya untuk mencurahkan ke atas kedua bahunya, bila dia sedang sujud nanti?' 'Aku!' jawab Uqbah bin Abu Mu'aith, orang yang paling jahat di antara yang tujuh di situ. Lalu Uqbah pergi mengambil taik unta itu, dan diperhatikannya dari jauh, apabila Rasulullah SAW bersujud dicurahkan taik unta itu ke atas kedua bahunya.

Berkata penyampai cerita ini, Abdullah bin Mas'ud ra.: Aku melihat perkara itu, tetapi aku tidak berdaya untuk menghalangi atau melawan kaum Quraisy itu. Aku pun bangun dan meninggalkan tempat itu dengan perasaan kesal dan sedih sekali. Kemudian aku mendengar, bahwa Fathimah, puteri Rasulullah SAW datang dan membuangkan kotoran itu dari bahu dan tengkuk beliau. Kemudian dia mendatangi mereka yang melakukan perbuatan buruk itu, sambil memaki mereka, tetapi mereka diam saja, tidak menjawab apa pun. Ketika itu Rasulullah SAW pun mengangkat kepalanya, sebagaimana beliau mengangkat kepala sesudah sempurna sujud. Apabila sudah selesai dari sembahyangnya, beliau lalu berdoa: Ya Allah! Ya Tuhanku! Balaslah kaum Quraisy itu atas penganiayaannya kepadaku! Balaslah atas Utbah, Uqbah, Abu Jahal dan Syaibah! Sekembalinya dari masjid, beliau telah ditemui di jalanan oleh Abul Bukhturi yang di tangannya memegang cambuknya.
Bila Abul Bukhturi melihat wajah Nabi SAW dia merasa tidak senang, karena dia tahu ada sesuatu yang tidak baik terjadi terhadap dirinya: 'Hai Muhammad! Mengapa engkau begini?' tegur Abul Bukhturi. 'Biarkanlah aku!' jawab Nabi SAW ' Tuhan tahu, bahwa aku tidak akan melepaskanmu sehingga engkau memberitahuku, apa yang terjadi pada dirimu terlebih dulu?!' Abul Bukhturi mendesak Nabi SAW untuk memberitahunya apa yang telah terjadi. Apabilla dilihatnya beliau masih mendiamkan diri, dia berkata lagi: 'Aku tahu ada sesuatu yang terjadi pada dirimu, sekarang beritahu!' pinta Abul Bukhturi lagi Apabila Nabi SAW melihat bahwa Abul Bukhturi tidak mau melepaskannya, melainkan sesudah beliau memberitahunya apa yang terjadi, maka beliau memberitahunya apa yang terjadi: 'Abu jahal membuat angkara!' beritahu Nabi SAW 'Abu jahal lagi? Memang sudah aku kira, apa yang dibuat kepadamu kali ini?!' tanya Abul Bukhturi lagi. 'Dia menyuruh orang meletakkan kotoran unta ke atas badanku ketika aku sedang bersujud dalam sembahyangku,' jelas Nabi SAW 'Mari ikut aku ke Ka'bah,' bujuk Abul Bukhturi.

Abul Bukhturi dan Nabi SAW pun pergi ke Ka'bah dan terus menuju ke arah tempat duduk Abu jahal. Abul Bukhturi kelihatan marah sekali. 'Hai Bapaknya si Hakam!' teriak Abul Bukhturi. 'Engkau yang menyuruh orang meletakkan kotoran unta ke atas badan Muhammad ini?' katanya dengan keras. 'Ya,' jawab Abu Jahal. 'Apa yang engkau mau?' Abul Bukhturi tidak banyak bicara, melainkan ditariknya cambuknya lalu dipukulnya kepala Abu jahal berkali-kali. Orang ramai di situ lari berhamburan, dan teman-teman Abu jahal hiruk-pikuk menyalahkan Abul Bukhturi. 'Celaka kamu!' jerit Abu Jahal memprotes, dan badannya terlihat kesakitan karena pukulan cambuk Abul Bukhturi itu.' Dia layak diperlakukan begitu, karena dia menimbulkan permusuhan di antara kita sekalian, agar terselamat pula dia dan kawan-kawannya... !' tambah Abu jahal lagi. (Majma'uz Zawa'id 6:18)

Menurut Ahmad yang meriwayatkan dari Abdullah bin Mas'ud ra. katanya: Aku lihat semua orang yang dijanjikan Nabi SAW akan mati itu, semuanya terbunuh di medan Badar, tiada seorang pun yang terselamat. (Al-Bidayah Wan-Nihayah 3:44)
Posted by azharjaafar

Dakwah Khalid bin Walid ra. di medan perang

Menurut Al-Waqidi dan lainnya, mereka berkata: Satu peristiwa, pada pertempuran Yarmuk, keluarlah dari barisan musuh seorang panglima besar musyrik, lalu dia menyeru Khalid bin Al-Walid untuk keluar dari barisan kaum Muslimin. Khalid pun keluar dengan kuda tangkasnya, hingga hampir-hampir kedua kuda itu berlaga kerana ketangkasannya. Maka berkatalah panglima pasukan musyrik itu yang bernama Jarjah:

"Engkaukah yang dikenal Khalid, panglima pasukan ini?".
"Ya, aku Khalid pedang Allah!" jawab Khalid.
"Khalid, pedang Allah?" tanya Jarjah lagi.
"Ya", jawab Khalid. "Dan engkau siapa?"
"Aku Jarjah, panglima perang!"
"Apa maksudmu memanggil aku ke sini?" tanya Khalid.
"Hai Khalid! Bicaralah yang benar, dan jangan berdusta! Sebab orang yang merdeka itu tidak berdusta. Dan jangan pula engkau menipuku, kerana orang yang berkedudukan seperti engkau ini tidak akan menipu yang lain, apa lagi bila hal itu ada pertaliannya dengan Allah!" jarjah ingin menguji kejujuran Khalid.
"Baiklah", jawab Khalid. "Aku akan berkata benar dan menjawab sesuai dengan kehendakmu!"
"Engkau mengaku diri sebagai pedang Allah, bukan?" tanya Jarjah.
"Ya", jawab Khalid pendek
"Apakah Allah telah menurunkan pedang itu dari langit kepada Utusan kamu, lalu dia menyerahkan pedang itu kepadamu, dan engkau tidak akan menghunuskan kepada sesiapa pun, melainkan engkau akan mengalahkannya?" Jarjah meminta penerangan dari Khalid.
"Tidak!" jawab Khalid pendek lagi.
"Oh, tidak?!" Jarjah mengejek. "Jadi bagaimana engkau dipanggil sebagai pedang Allah? Bukankah itu ajaib sekali?!" Jarjah menambah lagi.
"Tidak ajaib, jika engkau mendengar cerita yang sebenarnya!" jawab Khalid.
"Kalau begitu ceritakanlah kepadaku!" pinta Jarjah.
"Sekarang dengarlah ceritanya: Sesungguhnya Allah telah mengutus kepada kita UtusanNya, lalu Beliau mengajak kami memeluk Islam, tetapi kami menjauhkan diri darinya, dan kami sekalian menyingkirkannya. Meskipun begitu ada juga setengah dari kami yang mempercayainya dan mengikutnya, manakala yang lain mendustakannya dan menentangnya, dan jika engkau ingin tahu aku adalah di antara orang-orang yang mendustakannya dan menentangnya", Khalid menceritakan dirinya dengan jujur.
"Sesudah itu?" tanya Jarjah yang mendengar dengan penuh minat.
"Kemudian Allah telah melembutkan hati kami, dan membukakan pemikiran kami, lalu kami diberiNya petunjuk untuk memeluk Islam, dan kami pun memberikan kesetiaan kami kepadanya", Khalid berdiam sebentar mengenang dirinya di masa lalu.
"Kemudian, apa yang berlaku?" tanya Jarjah lagl
'Kerana aku memeluk Islam itulah, maka beliau berkata kepadaku: Hai Khalid! Engkau ini adalah pedang dari pedang-pedang Allah, yang dihunuskan Allah ke atas kaum musyrik, dan beliau mendoakan bagiku dengan kemenangan!" jelas Khalid.
"Sebab itulah engkau dikenal dengan pedang Allah?!" tanya Jarjah.
"Ya, aku rasakan itu, dan aku orang yang paling keras di antara pasukan Islam ke atas kaum musyrik", 'jelas Khalid lagi.
"Baiklah", tanya Jarjah. "Engkau membawa pasukanmu ke sini itu, untuk apa?"
Aku datang ke sini untuk menyeru orang-orang seperti kamu kepada Islam, dan mempercayai Tuhan yang Satu!" jawab Khalid.
"Tuhan yang Satu?" tanya Jarjah.
"Ya, dengan menyaksikan bahwa tiada Tuhan melainkan Allah, dan bahwasanya Muhammad itu adalah Utusan Allah, serta meyakini bahwa apa yang dibawa Muhammad itu adalah dari Allah yang Maha Mulia", terang Khalid.
"Kalau kami tidak mahu menerimanya?"
"Bayar upeti, dan kami akan melindungi kamu!"
"Kalau kami tidak mahu membayar upeti itu?"
"Kami akan memerangi kamu habis-habisan!"
"Baiklah, apa kedudukan orang yang mengikut seruanmu itu, dan yang mendampingkan diri dalam apa yang engkau seru itu?"
'Kedudukannya dengan kami sama tentang apa yang difardhukan Allah ke atas kami sekalian, baik dia orang berpangkat atau orang yang rendah, yang pertama memeluk Islam dan yang kebelakangan! Yakni siapa yang mengikut Muhammad sekarang ini akan memperoleh pahala yang sama dengan siapa yang telah mengikutnya lama sebelum ini, iaitu balasannya dan kelebihannya?!"
"Bagaimana itu?" Jarjah meminta penjelasan.
"Ya", jawab Khalid, "bahkan boleh jadi lebih utama lagi".
"Bagaimana sampai begitu? Bagaimana agamamu menyamakan orang-orang ini dengan kamu, padahal kamu sudah mendahului mereka?" tanya Jarjah.
"Mudah saja!" jawab Khalid. "Kita orang-orang yang terdahulu memeluk Islam secara terpaksa, kerana kita telah menentangnya sebelum itu. Kemudian kita memberikan kesetiaan kami kepadanya sedang dia hidup di sisi kita, berita-berita langit sedang turun kepadanya, dia memberitahu kita tentang firman-firman Allah itu serta dibuktikannya dengan keterangan-keterangan yang tidak dapat diragukannya lagi", kata Khalid.
"Jadi, apa alasannya?" tanya Jarjah lagi.
"Jadi orang-orang seperti kita ini sudah melihat semua bukti-bukti itu, dan kami mendengar sendiri darinya, sudah seharusnyalah kami mengikutnya dan menganut kepercayaannya. Tetapi kamu tidak seperti kami, kamu tidak melihat apa yang kami lihat, dan kamu tidak mendengar seperti apa yang kami dengar dan berbagai keajaiban dan bukti-bukti yang membenarkan seruan dan dakwaannya. Jadi barangsiapa yang mengikut perkara ini di antara kamu dengan kebenaran dan niat yang baik, tentulah dia lebih utama dari kami".
Jarjah terharu dengan penerangan Khalid itu, lalu dia berkata: "Demi Allah, aku yakin engkau telah mengatakan yang benar, dan engkau tidak menipuku!"
"Demi Allah, aku telah berkata yang benar, tiada suatu pun yang aku sembunyikan, dan Allah telah membantuku untuk menjawab soalan-soalanmu itu dengan yang benar", terang Khalid.
"Kalau begitu, apa gunanya lagi aku menyandang perisai ini", kata Jarjah, dia lalu melepaskannya, sambil memeluk Khalid dan berkata: "Hai Khalid! Ajarkanlah aku agama Islam itu!" pinta Jarjah.
Khalid Ialu mengajak Jarjah datang ke kemahnya, lalu disiramkan ke atasnya dengan qirbah air (kulit kambing yang dibuat untuk mengisi air), kemudian diajaknya Jarjah bersembahyang dengannya dua rakaat.

Akhirnya pasukan Romawi kecewa apabila Jarjah tidak kembali lagi kepada mereka. Lalu mereka memulai penyerangannya kepada pasukan Islam, dan pada mulanya mereka merasa bangga dengan kemenangan kecil di mana mereka dapat mematahkan sayap-sayap pasukan Islam, kecuali yang sedang dipertahankan oleh lkrimah bin Abu jahal ra. dan Al-Harits bin Hisyam ra. Khalid bin Walid ra. pun keluar ke medan peperangan untuk menyelamatkan pasukan Islam, dan keluar bersamanya Jarjah yang baru memeluk Islam. Keduanya pun memimpin pasukan Islam di tengah-tengah pasukan Romawi yang mencoba mengepung pasukan Islam. pasukan Islam pun berteriak semangat dan menggempur di belakang panglimanya, si pedang Allah, sehingga akhirnya pasukan Romawi tidak mampu bertahan lagi, dan mereka pun mundur kebarisan mereka yang asal. Khalid terus berjuang pedang dengan pedang bersama-sama pasukan Islam yang telah kembali semangat perjuangannya, sedang Jarjah turut berjuang sebelah-menyebelah dengan pasukan Islam dari sejak tengahari hingga matahari akan terbenam, dan masuk waktu maghrib. pasukan Islam bersembahyang shalat Dzhuhur dan Asar secara menunduk-nunduk saja kerana hebatnya pertarungan yang berlaku di antara dua pihak itu. Akhimya Jarjah, moga-moga Allah merahmatinya, gugur syahid setelah mendapat luka-luka berat, dan dia tidak bersembahyang kepada Allah selain dua rakaat yang dikerjakannya dengan Khalid ra. ketika dia memeluk Islam itu.

(Al-Bidayah Wan-Nibayah 7:12 - Menurut Abu Nu'aim dalam "Dalaa'ilun Nubuwah", nama panglima Romawi itu ialah jarjir bukan jarjah.)
Posted by azharjaafar

Menginfakkan Harta dalam Jihad Fii Sabilillaah

Muslim telah mengeluarkan dari Abu Mas'ud Al-Anshari ra. dia berkata: Sekali peristiwa telah datang kepada Nabi SAW seorang lelaki menarik seekor unta yang terikat tali di hidungnya, Ialu menyerahkannya kepada beliau, katanya: Ini untuk sabilillah! Maka berkata Rasulullah SAW: Gantinya nanti di hari kiamat 700 ekor unta semuanya dengan bertali di hidungnya. (Shahih Muslim 2:37; jam'ul Fawa'id 2:3)

Imam Ahmad telah mengeluarkan dari Abdullah bin As-Shamit, dia berkata: Pernah pada suatu peristiwa, aku berjihad bersama-sama Abu Dzar ra. Maka setelah dibagi-bagi ghanimah, yakni rampasan perang, dia mendapat bagiannya termasuk seorang jariah. Lalu dia pun membeli segala keperluannya, dan masih ada lagi banyak yang tersisa. Lalu dia menyuruh jariah tadi menukarkannya dengan mata uang untuk dibagi-bagikan kepada semua orang yang memerlukannya. Aku berkata kepada Abu Dzar: Biarlah jariah itu menahan dulu uang itu untuk keperluan di lain hari, ataupun mana tahu jika datang tamu, maka engkau tentu memerlukannya?! Abu Dzar menjawab: Temanku, yakni Rasulullah SAW sudah membuat perjanjian kepadaku, bahwa apa saja emas atau perak yang disimpan, maka itu sama dengan gumpalan api neraka disimpan oleh tuannya, sehinggalah diberikan kesemuanya pada jalan Allah azzawajalla. Dalam riwayat Ahmad dan Thabarani yang lain, bahwa siapa yang menyimpan emas atau perak, dan tidak diinfakkannya pada jalan Allah akan menjadi gumpalan-gumpalan api kelak di hari kiamat, dan akan disetrikakan tuannya dengan gumpalan-gumpalan api itu.
(At-Targhib Wat-Tarhib 2:178)

Thabarani telah mengeluarkan di dalam kitabnya 'Al-Awsath' dari Qais bin Salk Al-Anshari ra. bahwa saudara-saudaranya telah mengadukan halnya kepada Rasulullah SAW Mereka berkata: Saudara kami Qais suka membuang-buang hartanya, dan terlalu mewah sekali dalam berinfak lalu Qais datang kepada Rasulullah SAW: wahai Rasulullah! Aku mengambil bagianku dari korma dan berinfak untuk orang-orang yang keluar berjihad fi sabilillah, dan kepada siapa yang mengikutiku. Mendengar itu, Rasulullah SAW pun menepuk dadanya seraya berkata: Infakkanlah harta di jalan Allah, niscaya Allah akan menginfakkan gantinya - disebutkan sampai tiga kali. Pada lain waktu, aku keluar berjihad fi sabilillah dan aku sudah mempunyai kendaraan sendiri, dan aku orang yang paling banyak harta dan yang terkaya di antara kaum keluargaku pada hari ini.
(At-Targhib Wat-Tarhib 2:172)

Thabarani telah mengeluarkan berita dari Mu'az bin Jabal ra. dia berkata: Rasulullah SAW telah bersabda: Sangat beruntung orang yang memperbanyakkan zikir kepada Allah ketika sedang berjihad fi sabilillah, kerana baginya buat setiap kalimah tujuh puluh ribu hasanah, setiap hasanah darinya sama dengan sepuluh kali ganda apa yang ada di sisinya dari tambahannya. Para sahabat bertanya pula: Bagaimana pula dengan menginfakkan harta fi sabilillah, ya Rasulullah! jawab beliau: Menginfakkan harta sama kadarnya dengan yang demikian. Berkata Abdul Rahman: Maka aku bertanya kepada Mu'az r.a: Bukankah menginfakkan harta fi sabilillah itu diberikan pahalanya dengan 700 kali lipat? Jawab Mu'az: Barangkali engkau kurang faham tentang maksudnya. Dia itu apabila mereka menginfakkannya sedang mereka menetap dengan kaum keluarga mereka tidak ikut bersama-sama berperang. Tetapi jika mereka turut serta berperang dan menginfakkan hartanya pada jalan Allah, maka Allah akan menyimpan buat mereka dari khazanah (perbendaharaan) rahmatnya apa yang sampai tidak terlintas dari ilmu manusia dan sifatnya, mereka itulah partai Allah, dan partai Allah selalu jaya dan menang.
(Majma'uz Zawa'id 5:282)

Al-Qazwini telah mengeluarkan berita dari seorang yang tidak terkenal dan beritanya mursal kepada Nabi SAW dari Al-Hasan, dari Ahmad, Abu Dardak, Abu Hurairah, Abu Umamah Abdullah bin Amru,jabir dan lmran bin Hushain-radhiallahu-anhum marfuk kepada Nabi SAW bahwa beliau telah berkata: Barangsiapa yang mengeluarkan hartanya fi sabilillah, dan dia duduk di rumahnya, maka baginya pahala bagi setiap dirham 700 dirham. Dan barangsiapa berperang serta bernafkah sekaligus fi sabilillah, maka baginya buat setiap dirham 700,000 dirham. Kemudian beliau membaca firman ini yang bermaksud: Dan Allah menggandakan pahalanya kepada siapa yang disukainya.

Abu Daud, lbnu Hibban telah meriwayatkan dari Abu Hurairah ra. bahwa seorang lelaki berkata kepada Rasulullah SAW Ada seorang yang ingin berjihad, tetapi niatnya hendakkan harta dunia, bagaimana? Jawab beliau: Tidak ada pahala sama sekali! Ramai orang memandang berat jawaban beliau itu, Ialu mereka kembali kepada orang yang bertanya itu seraya memintanya bertanya sekali lagi, barangkaii dia salah dengar jawabannya, ataupun dia tidak faham maksud dari jawaban beliau itu. Maka orang itu kembali lagi kepada Rasulullah SAW Ialu bertanya: Wahai Rasulullah! Bagaimana dengan orang yang berjihad fl sabilillah, padahal niatnya hendakkan dunia? jawab beliau masih sama: Tidak ada pahalanya sama sekali! Mendengar jawaban yang kedua, orang ramai masih belum puas hati, lalu memintanya supaya bertanya untuk terakhir kalinya. Maka jawaban beliau masih tetap itu juga, yakni tidak ada pahalanya sama sekali.
(At-Targhib Wat-Tarhib 2:419)

Abu Daud dan Nasa'i meriwayatkan dari Abu Umamah ra. dia berkata: Telah datang seorang lelaki kepada Rasulullah SAW lalu bertanya: Apa katamu terhadap seorang lelaki yang berjihad fi sabilillah kerana inginkan pahala dan pujian, bagaimana keadaannya? Jawab beliau: Sia-sia saja jihadnya. Orang itu mengulangi lagi sampai tiga kali, dan setiap kali ditanya, tetap dijawab oleh beliau: Sia-sia saja jihadnya, kerana Allah tiada akan menerima sesuatu amal melainkan yang dibuat dengan penuh ikhlas kepadanya, dan mengharapkan keridhaannya! (At-Targhib Wat-Tarhib 2:421)
Posted by azharjaafar

Senin, 01 Maret 2010

Perjuangan Meninggikan Kalimatullah

Abu Nu'aim telah memberitakan dari Jubair bin Nufair dari ayahnya, katanya: Ketika sedang kami duduk-duduk dengan Al-Miqdad bin Al-Aswad r.a. pada suatu hari, tiba-tiba datang kepadanya seorang lelaki, lalu berkata: Beruntunglah kedua belah mata yang telah melihat Rasulullah SAW. Demi Allah, kami sungguh bercita-cita jika dapat melihat apa yang engkau lihat, dan menyaksikan apa yang engkau saksikan, engkau telah mendengar, lalu engkau merasa kagum dari kebaikan yang dikatakan kepadamu!

Mendengar itu, Al-Miqdad bin Al-Aswad pun menghadapinya seraya berkata: Mengapa sampai ada seseorang di antara kamu yang bercita-cita untuk berada dalam sesuatu zaman yang telah dilewatkan oleh Allah azzawajalla, padahal dia sendiri masih tidak yakin apa yang terjadi ke atas dirinya sekiranya dia hadir pada zaman itu! Demi Allah, telah hadir di zaman Rasulullah SAW itu beberapa kaum, yang akan ditelungkupkan muka mereka menghujam neraka jahannam, karena mereka tidak menyambut seruannya dan tidak mempercayainya sama sekali. Bukan sebaiknya kamu bersyukur kepada Allah, karena Dia tiada melahirkan kamu, melainkan kamu telah mengenal Tuhan kamu serta mempercayai apa yang dibawa oleh Nabi kamu 'alaihis-salam, sedang kamu terhindar dari azab yang ditimpakan ke atas selain kamu itu? Demi Allah, sungguh Nabi SAW telah dibangkitkan pada suatu zaman yang sangat berat yang pernah dibangkitkan dari para Nabi yang sebelumnya. Beliau dibangkitkan pada masa yang penuh kerusakan dan jahiliah, yang mana manusia memandang agama itu tiada yang lebih baik dari menyembah berhala sebagai tuhan. Lalu beliau didatangkan membawa Al-Quran yang membedakan antara yang hak dengan yang batil, memisahkan antara ayah dan anaknya, sehingga ada orang yang mendapati ayahnya, atau anaknya, atau saudaranya sendiri kafir, sedang Allah telah membuka kunci hatinya untuk menampung iman, dan dia mengetahui akan binasalah siapa yang memasuki api neraka itu, sehingga tidak betah lagi pemikirannya karena dia mengetahui bahwa ada orang yang paling dekat kekerabatnya berada di dalam api neraka! Dan hal itu tepat sekali dengan apa yang disebutkan Allah azzawajalla 'Tuhan kami! jadikanlah anak isteri kami penyelamat bagi kami!'
(Hilyatul Auliya' 1:175)

Ibnu Ishak memberitakan dari Muhammad bin Ka'ab Al-Qurazhi, katanya:pernah suatu kali telah datang seorang dari penduduk Kufah, lalu berkata kepada Huzaifah bin Al-Yaman ra.: 'Hai Abu Abdullah!' kata orang ahli Kufah itu. 'Apakah engkau telah melihat Rasulullah dan bersahabat dengannya?' 'Ya, wahai saudaraku! ' jawab Huzaifah. 'Apakah yang sudah kamu lakukan terhadap beliau, coba ceritakan!' pinta orang dari Kufah itu. 'Kami lakukan apa yang semampu kami saja,'jawab Huzaifah.
'Demi Allah,'kata orang itu,'jika kita yang menemuinya pada zaman itu, niscaya kami tidak membiarkannya berjalan di atas bumi sama sekali, niscaya kami memikulnya di atas punggung kami!'
'Apa katamu, wahai saudaraku?!'tanya Huzaifah.'Demi Allah, aku masih ingat ketika hari menggali parit (Khandak) itu, aku dapati betapa susah-payahnya Rasulullah menanggung lapar dan dahaga, menanggung udara yang dingin dan merasa takut sekali!'

Dalam riwayat Muslim, maka berkata Huzaifah: "Engkau mengatakan yang engkau akan berbuat begitu kepada Rasulullah SAW? Aku pernah menyaksikan mereka bersama Rasulullah SAW pada malam perang Ahzab, pada suatu malam yang berangin sangat kencang dengan udaranya yang sangat dingin, betapa mereka menanggung semua itu. Kemudian Huzaifah melarang mereka mengatakan seperti itu terhadap para sahabat.

Qunut Nazilah

Nu'man bin Bashir ra. meriwayatkan bahwa Rasulullah Shallallaahu'alayhi wa sallaam bersabda, "Kalian akan melihat orang beriman saling berkasih sayang satu sama lain, mencintai satu sama lain, bersahabat satu sama lain bagaikan satu tubuh, Ketika satu bagian tangan (dari tubuh) merasakan sakit maka menyebabkan keseluruhan tubuh akan menjadi lemah dan merasa sakit" (Misykat : 422)

Abu Musa ra. meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW bersabda, "Seorang beriman dengan orang yang beriman lainnya seperti sebuah bangunan yang saling menguatkan satu sama lain (dengan tiap batanya)". (ibid)

Ibnu Umar ra. meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW bersabda, "Seorang Muslim adalah saudara bagi Muslim yang lain, maka jangan menyusahkannya dan jangan menyerahkannya (kepada musuh-musuh ketika ia di dalam kesusahan)". (ibid)

Amir bin Malik, ketua Bani Sulaym meminta bantuan kepada Rasulullah SAW untuk menghadapi musuh kaumnya. Rasulullah SAW menerima permohonannya dan mengirim 70 orang sahabat ra.hum. yang mereka terdiri dari para Quraa (ahli dalam bacaan Al-Qur'an). Kaum Bani Sulaym kemudian menawan para sahabat ra.hum. di sebuah tempat yang bernama Bir Ma'una dan kemudian membunuh mereka. Jibril AS memberitahukan peristiwa ini kepada Rasulullah SAW dan menyampaikan pesan terakhir dari para Quraaa tersebut, "Kabarkan kepada orang-orang bahwa kami telah berjumpa Rabb kami. Dia (Allah) ridha kepada kami dan kami ridha kepada-Nya". Kejadian ini telah menyebabkan Rasulullah SAW mengalami kesedihan yang mendalam. Abdullah bin Mas'ud ra. meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW telah membaca Qunut Nazilah selama satu bulan "mengutuk" Bani Sulaym (Bukhari 2:586)

Berdasarkan riwaayat-riwayat di atas, para Fuqaha telah menggariskan bahwa apabila Ummt ini dalam krisis mereka harus mengikuti Sunnah untuk mengamalkan Qunut Nazila dan berdo'a untuk Ummat.

Dakwah Rasulullah SAW di Medan Perang

Ada banyak riwayat yang mengatakan, bahwa Rasulullah SAW tidak akan memulai peperangan, kecuali sesudah menyeru terlebih dahulu untuk memeluk Islam.
(Nashbur-Raayah 2:278; Majma'uz-Zawa'id 5:304; Kanzul Ummal 2:298).

Ibnu Mandah dan Ibnu Asakir telah memberitakan dari Abdul Rahman bin A'idz ra. katanya: Apabila Rasulullah SAW mengutus pasukannya ke medan perang, terlebih dahulu Beliau berpesan kepada mereka, katanya: Berlembutlah kepada manusia, dan jangan memulai sesuatu tindakan, sebelum kamu mengajak mereka kepada agama Allah. Sesungguhnya tiada penghuni rumah, atau penduduk kampung, yang dapat kamu membawa mereka kepadaku dalam keadaan memeluk Islam, itu adalah lebih baik kepadaku dari kamu membawa kepadaku wanita-wanita mereka dan anak-anak mereka yang kamu tawan, padahal kamu telah membunuh semua lelaki-lelaki mereka.
(Al-Ishabah 3:152; Musnad Termidzi 1:195)

Pesan Rasulullah SAW kepada Pasukan Jihad
Riwayat dari Buraidah ra. katanya: Apabila Rasulullah SAW mengutus satu pasukan, atau pasukan untuk berperang, ia berpesan kepada ketua atau panglimanya supaya senantiasa bertaqwa kepada Allah, khususnya pada diri mereka dan juga pada semua kaum Muslimin, kata Beliau: "Jika kamu bertemu dengan musuh kamu dari kaum musyrikin, ajaklah mereka kepada satu dari tiga perkara, dan kiranya mereka menerima apa saja dari antara tiga perkara itu, hendaklah kamu menerimanya dan berhentikan menyerang mereka":

1. Ajak mereka untuk memeluk Islam, jika mereka menerimanya, biarlah mereka memeluk Islam, dan berhenti menyerang mereka.
2. Ajaklah mereka untuk berpindah dari negeri mereka ke negeri orang yang berhijrah (yakni negeri Islam), dan beritahu mereka jika mereka setuju, akan diberi hak seperti yang diberikan kepada kaum yang berhijrah, dan menanggung hak seperti yang ditanggung oleh mereka. jika mereka enggan berpindah, dan ingin rnenetap di negeri mereka, maka beritahu mereka bahwa mereka harus bersikap seperti kaum badui Arab yang telah memeluk Islam, berlaku ke atas mereka semua hukum-hukum Allah yang dilaksanakan ke atas kaum yang beriman, dan bahwa mereka tidak berhak untuk menerima jizyah dan harta rampasan perang, kecuali jika mereka turut berjihad dengan kaum Muslimin.
3. Jika mereka enggan juga semua tawaran itu, maka berundinglah dengan mereka supaya mereka membayar jizyah (pajak), jika mereka terima, hendaklah disetujui dan hentikan serangan kepada mereka. Tetapi, jika mereka enggan dan menolak juga, maka mintalah bantuan kepada Allah dan perangilah mereka itu. Kemudian, apabila kamu mengepung penduduk yang berlindung di dalam bentengnya, lalu mereka memohon supaya kamu memberikan keputusan kepada mereka dengan hukuman Allah, maka janganlah kamu menuruti permohonan mereka itu, kerana kalian tidak mengetahui apa yang akan diputuskan Allah kepada mereka. Akan tetapi putuskanlah menurut kebijaksanaan kamu, dan tetapkanlah ke atas mereka sesudah itu apa yang dipandang wajar!

(Muslim 2:82; Abu Daud, hal. 358; Ibnu Majah, hal. 210, dan Baihaqi 9:184)

Ada beberapa riwayat yang memberitakan dari Saiyidina Ali bin Abu Thalib ra. bahwa Rasulullah SAW pernah mengutusnya ke medan perang, dan setelah pasukannya berangkat, Beliau lalu menyuruh orang mengejar pasukan itu supaya menyampaikan pesan Rasulullah SAW yang berbunyi: jangan kamu memerangi musuh kamu sebelum kamu menyeru mereka kepada agama Islam terlebih dahulu.

Dalam pembicaraan yang disampaikan oleh Sahel bin Sa'ad ra. yang dinukil oleh Bukhari dan lainnya, bahwa Rasulullah SAW berkata kepada Ali ra. pada peperangan Khaibar: Berangkatlah dengan segera, hingga engkau tiba di medan perang mereka, kemudian serulah mereka kepada Islam, dan beritahu mereka apa yang diwajibkan Allah dari hal hak-haknya. Demi Allah, seandainya Allah berikan petunjuknya kepada seorang saja di antara mereka di tanganmu, itu adalah lebih baik dari engkau memiliki unta-unta merah!

Ibnu Sa'ad telah meriwayatkan dari Farwah bin Missik Al-Qathi'i ra. berkata: Sekali peristiwa aku datang kepada Rasulullah SAW: "Wahai Rasulullah! Boleh atau tidakkah aku memerangi kaumku yang enggan memeluk Islam dengan mereka yang telah memeluk Islam", tanya Farwah. "Ya, boleh!" jawab Rasulullah SAW "Tapi, wahai Rasulullah!" tambahku, "mereka itu dari keturunan Saba', mereka terkenal kuat dan berani mati!" aku cuba menerangkan situasi yang sebenarnya. "Ya, boleh dan aku benarkan kamu memerangi mereka itu, walaupun mereka Saba' sekalipun!" Rasulullah SAW mengizinkanku untuk meneruskan cita-citaku itu. Berkata Farwah: Aku pun meninggalkan majlis Rasulullah SAW itu kembali ke rumah untuk membuat persiapan. Rupanya waktu itu, telah turun firman Allah ta'ala yang menjelaskan lagi tentang permasalaan Saba' tadi. Lalu Beliau menyuruh mencariku dengan mengutus orang untuk memanggilku. Malangnya aku juga sudah berangkat. Maka utusan itu pun mengejarku dan mengajakku kembali untuk menemui Rasulullah SAW. Apabila aku memasuki majelisnya, aku dapati Beliau sedang duduk dan dikelilingi oleh beberapa orang sahabatnya, lalu Beliau berkata: "Wahai Farwah! Mulaikanlah dengan menyeru mereka kepada Islam terlebih dahulu, siapa yang setuju terimalah darinya. Dan siapa yang enggan, jangan engkau lakukan apa-apa terhadapnya, sehingga datang perintah Allah kepadaku!". "Ya Rasulullah! Apa itu Saba'?" terdengar seorang sahabat bertanya, "apakah dia mengenai tanah Saba' ataupun puterinya?". "Bukan", jawab Rasulullah SAW. "Dia bukan tanahnya atau puetrinya. Tetapi dia seorang lelaki Arab yang beranak sepuluh. Enam dari padanya berpindah ke Yaman, dan empat yang lain berpindah ke Syam". Rasulullah SAW menjelaskan hakikat Saba' itu. Kemudian Beliau menyambung pula: "Adapun yang pergi ke Syam, yaitu: Lakham, Judzam, Chassan dan Amilah", Beliau berhenti sebentar, kemudian menyambung lagi, "adapun yang ke Yaman, maka mereka itu: Azd, Kindah, Himyar, Asyfariyun, Anmar dan Mudzhij". Terdengar pula suatu pertanyaan lagi meminta penerangan, Siapakah Anmar itu?". "Dia itulah yang dari keturunan Khats'am dan Bujailah", jelas Rasulullah SAW, lagi.
(Thabaqat Ibnu Sa'ad 2:154, dan Kanzul Ummal 1:260)

Dalam versi Ahmad dan Abd bin Humaid yang diriwayatkannya dari Farwah juga, bahwa dia berkata: Aku telah mendatangi Rasulullah SAW meminta izinnya untuk memerangi orang yang tidak mau memeluk Islam, kataku: "Bolehkah aku memerangi orang yang enggan memeluknya dengan mereka yang telah memeluk Islam dari kaumku?". "Ya, boleh", jawab Rasulullah SAW. "Engkau boleh memerangi orang yang enggan memeluk Islam itu dengan siapa yang telah memeluk Islam dari kaummu". Setelah aku pergi, Beliau lalu memanggilku kembali, seraya berkata: "Jangan engkau memerangi mereka, sehingga engkau menyeru mereka kepada Islam terlebih dahulu". Tiba-tiba terdengar suara orang bertanya kepada Beliau, katanya: "Wahai Rasulullah! Saba' itu, apakah lembah, atau bukit, ataupun apakah dia sebenarnya?". "Bukan semua itu", jawab Rasulullah SAW, "tetapi dia adalah seorang Arab yang beranak sepuluh orang anak...". Dan seterusnya sehingga akhir penerangan Rasulullah SAW seperti yang disebutkan di atas tadi
(Tafsir Ibnu Katsir 3:531)

Thabarani meriwayatkan dari Khalid bin Said ra. katanya: Rasulullah SAW pernah mengutusku ke negeri Yaman, seraya berpesan: Siapa yang engkau temui dari kaum Arab, lalu terdengar darinya suara azan, janganlah engkau mengganggunya. Dan siapa yang mendatangi suara azan, ajaklah mereka kepada Islam.
(Majma'uz-Zawa'id 5:307)

Mau Tukar Link? Copy/paste code HTML berikut ke blog anda.

Kisah Sahabat

Silahkan tambahkan sendiri Link Banner para sobat dengan cara menulis alamat URL site dan alamat URL banner ke dalam kolom di bawah ini.
Powered By Blogger

Pengikut

FEEDJIT Live Traffic Feed

  © Blogger template 'Isfahan' by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP